Jika di postingan #CeritaDariKamar yang sebelumnya saya menulis bahwa saya suka
pantai. Di postingan ini, saya akan membahas bagaimana saya begitu menyukai
surat.
...
Saya sudah mendapatkan materi tentang Surat sejak SD, saya tidak ingat jelasnya saat kelas berapa. Dan, saat saya SMP
hingga SMA.. Materi tentang surat ini tetap ada.
Surat itu beragam, entah yang bersifat pribadi
ataupun resmi. Bermacam-macam jenisnya, dari mulai Surat Cinta penuh kata-kata
romansa, Surat Kaleng tanpa nama, Surat Pengunduran Diri, Surat Berantai, Surat
Ucapan dan lain-lain.
Saat saya SD, Bapak rutin membelikan Majalah Bobo yang
terbit setiap hari Kamis. Semua bagian yang ada dalam majalah saya baca,
termasuk sebuah Rubrik bernama "Apa Kabar Bo?"
Di rubrik itu, para pembaca mengirim saran, kritik dan
lain-lain. Dan beberapa di antara mereka, mencari Sahabat Pena.
Sudah lama sebenarnya saya penasaran sekali tentang
Sahabat Pena, bagaimana rasanya berkirim surat dengan seseorang yang tidak kita
kenal sebelumnya bermodalkan Nama Panjang dan Alamat Rumahnya?
Tibalah hari dimana saya memutuskan untuk menantang
diri saya sendiri yang saat itu kelas 6 SD untuk menuliskan 1 Surat untuk salah
satu nama disana. Saya lupa waktu itu saya memilihnya berdasarkan apa,
entah karena namanya yang unik atau karena kata-katanya di Rubrik tersebut.
Meski bingung harus bagaimana memulainya, dan harus
berbasa-basi seperti apa. Akhirnya saya pun menuliskannya dan mengirimkannya
setelah mengecek beberapa kali susunan kata dan alamat rumahnya. Saya pun
mengayuh sepeda ke Kantor Pos Terdekat, menempelkan Perangko disana, deg-degan
karena saya tidak tau rupa orang tersebut seperti apa.
Rasa yang baru pertama kali rasakan, benar-benar
mendebarkan. Berawal dari tantangan untuk diri sendiri, akhirnya surat balasan
pun datang setelah beberapa hari.
Meski hanya berdasarkan kalimat yang dia tuliskan di
Surat Balasan, kesan ramah tetap bisa saya dapatkan. Kami pun saling berkirim
surat, bertukar kabar, berbagi cerita, dan lain-lainnya. Bahkan di salah satu suratnya,
Kakaknya ikut menuliskan sebaris kalimat perkenalan diri untuk saya.
Suatu waktu saya iseng mengetikkan namanya di Google.
Dan saya menemukan blognya! Saya akhirnya dapat melihat wajahnya tanpa perlu
menerka, saya dapat membaca cerita-cerita yang tidak dia kirimkan kepada saya.
Waktu itu saya masih kelas 7 SMP, dan dia satu tahun di bawah usia saya. Saat
itu saya kagum dengan dirinya, karena saya ketika SD belum mengenal tentang
dunia blog.
Saya pun mengirim surat yang berisikan tentang
kunjungan tidak sengaja saya ke Blognya. Lalu dia pun bercerita bahwa itu semua
diajari ayahnya, dan dia pun gaptek untuk urusan blog.. (Saya masih menyimpan
suratnya tentang ini di dalam Kotak Surat saya. Yang lainnya sepertinya
tercecer kemana-mana.)
Dan saat kelas 7 itu pun saya akhirnya membuat halaman blog ini, bermula dengan
kebingungan sendiri karena teman-teman sekeliling saya tidak ada yang mempunyai
blog. Mengotak-ngatik sendiri, mengetikkan cerita pendek tentang hidup dan
mimpi saya yang sebelumnya saya simpan sendiri. Dan tidak pernah memberi tau
linknya kepada orang lain, karena saya malu seseorang akan membaca dan menilai
tulisan saya. Dan akhirnya, segala sesuatunya berubah.
Sekarang, saya mengshare beberapa tulisan saya di sini
bahkan mencantumkan linknya di bio Twitter.
Dan Sahabat Pena saya pun berubah, kini kabarnya
hilang beserta surat-surat yang sempat saya terima darinya.
Oke. Salahkan sifat Moody saya.
Saat itu, saya merasa bosan dan malas untuk pergi seminggu
sekali ke kantor Pos, membeli perangko dan amplop dengan uang sendiri.. Dan
akhirnya dia pun hilang begitu saja, saya hanya bisa melihat kabarnya dari
Halaman FBnya. Dan mungkin saya pun juga begitu, hilang dari kehidupannya beserta
surat balasan yang tidak saya kirimkan.
(Surat balasan beserta Amplopnya masih
saya simpan di Kotak Surat!)
Selain surat ucapan rombongan itu, saya juga menyimpan surat ucapan dari Dea & Rifdah si dua sejoli, Sabrina si Laura Basuki KW, Savira si Sapi.
Saya senang diberi kejutan dan hadiah ulang tahun, tapi saya bahagia jika diberi Surat Ucapan dengan tulisan tangan. (#hashtag #kode)
Di dalam Kotak Surat tersebut.
Ada juga surat ucapan ulang tahun yang ingin saya berikan kepada seseorang tetapi tidak jadi karena rasanya kepanjangan. Saya selalu merasa bahagia ketika menuliskan surat ucapan ulang tahun kepada orang-orang tersayang, senyum akan melengkung di wajah saya ketika saya menuliskan surat itu.
Ada juga surat ucapan ulang tahun yang ingin saya berikan kepada seseorang tetapi tidak jadi karena rasanya kepanjangan. Saya selalu merasa bahagia ketika menuliskan surat ucapan ulang tahun kepada orang-orang tersayang, senyum akan melengkung di wajah saya ketika saya menuliskan surat itu.
(Di tahun ini saya menuliskan 2 surat panjang dengan tulisan tangan saya yang berantakan untuk Rani dan Echa. Untuk Echa saya bentuk suratnya menjadi Perahu Kertas, dan untuk Rani saya bubuhkan stempel zakat maal punya Bapak saya..).
Rifdah menuliskan beberapa surat, ketika saya sekelas dengannya.
Ada sebuah surat yang dia tulis di buku catatan saya, menuliskan segala macam hal.
"Aduh Badmood!", "Don't miss me!", "Where there is a will, there is a way :)", "Yah miring." "NABOK! TAPI BOONG WAHAHAHA" "Tapi gapapa deng harus kangen."
Di lembaran surat itu dia juga menuliskan nomor telepon anggota keluarganya katanya sih buat kenang-kenangan.
Ada juga surat balasan ditulis di atas kertas oranye beserta kecupan bibirnya, untuk membalas surat yang saya tuliskan diam-diam di halaman terakhir buku tulis Bahasa Inggrisnya.
Dan lain-lainnya.
Kenan menuliskan opini tentang saya di buku saku saya. Dia menulis bahwa saya terlihat jutek awalnya, dan dengan ngototnya bilang saya terlihat seperti orang cina.
Ada juga surat balasan dari Sahabat Pena saya yang lainnya, dia bernama Tyas juga.
Dan selain surat-surat, saya juga memasukkan beberapa barang-barang kenangan.
Seperti sticker yang saya dapatkan di Majalah Bobo, ID card OSIS dengan foto kosong, bungkus Pocky Strawberry dari Rani, CD yang saya dapatkan ketika perpisahan SMP, dan surat cinta yang saya dapatkan dari adik kelas ketika MBS.
...
Proses menulis kata perkata, menerka bagaimana ekspresi si penerima, menunggu surat balasan diterima. Menulis surat rasanya sama seperti Jatuh Cinta.
Letters are among the most significant memorial a person can leave behind them.
-Johann Wolfgang von Goethe-
-Johann Wolfgang von Goethe-
Tyas Hanina
0 komentar:
Posting Komentar