Pages

Minggu, 29 Desember 2013

10 likes & dislikes


10 likes :

1.      Saat seseorang mengingat detail-detail hal yang saya pernah ucapkan dan lakukan.
(Meskipun hal itu bahkan bukan hal yang penting untuk saya.)

2.      Ucapan selamat pagi dan selamat malam.
(Itu terasa seperti saya adalah orang yang pertama muncul di dalam pikirannya ketika bangun dari tidurnya, atau seseorang yang dia inginkan hadir di mimpinya.)

3.      Surat! Saya suka menulis surat.
Menerimanya juga sama menyenangkannya, membaca barisan rapi huruf yang dituliskan seseorang untuk saya.
Hampir semua surat yang pernah saya terima, saya simpan hingga sekarang.

Proses menulis kata perkata, menerka bagaimana ekspresi si penerima, menunggu surat balasan diterima. Menulis surat rasanya sama seperti Jatuh Cinta.


4.      Pohon. Detail kayu pada perabotan rumah tangga. Rumah pohon. Perpaduan warna hijau daun dan cokelat tua.
Pohon melambangkan kehidupan. Bertumbuh dan berkembang- dan kelak bisa juga mati. Selama hidupnya, memberi banyak manfaat untuk makhluk lainnya. Dan dia dapat tumbuh alami bersama alam.

Seperti Pohon, cinta tumbuh dan berkembang dengan baik karena dirawat pemiliknya. Meskipun tak ada manusia yang memiliki pun, alam tetap menghidupinya. Air dari Hujan, Pupuk dari Dedaunan yang jatuh ke tanah, Sinar Matahari, dan lain-lainnya.

Dan Pohon bisa ditebang karena keinginan ataupun keegoisan pemiliknya, cinta pun begitu.

Pohon. Kita nikmati kelezatan buahnya, ambil daunnya, tebang batangnya, nikmati keindahan bunganya. Tapi, kita seringkali lupa untuk merawatnya dan menanam penggantinya kembali.

Seringkali, cinta pun seperti itu. Kita manfaatkan kehadirannya, tapi justru lupa untuk menghargainya kembali.


5.      Seseorang yang bisa saya ajak bicara tentang apapun. Tanpa membuat saya kehabisan kata sehingga harus berpikir apa yang harus saya bahas lagi dengannya.
Seseorang yang saat bersamanya, hening pun terasa menyenangkan.

6.      Hujan.
Hujan selalu membawa rasa nyaman dalam setiap rintiknya yang jatuh ke jalanan. Meski terkadang ikut membawa cemas, ketika berada dalam perjalanan.
Meski terkadang turut membawa takut, ketika gunturnya memekakan telinga.
Meski begitu, ada rasa nyaman beserta rindu yang tak luput ia simpan.
Seakan memancing keluarnya segala memori dan inspirasi yang selama ini tersimpan dalam diri.

7.      Orang dengan selera musik yang sama dengan saya.
I judge people by their music taste.
Ada sesuatu di setiap lagu favorit pilihanmu, yang menggambarkan dirimu.
Setidaknya, bagi saya begitu.

8.      Bunga matahari.

9.      Bintang. Biru. Langit. Laut.

10.  Huruf.
Saya gila membaca, setiap kali saya berada di toko buku dan perpustakaan besar. Saya selalu merasa- sedikit sekali buku yang saya punya.
Dan, begitupun sebaliknya. Saya suka menyiapkan dan menyajikan sesuatu untuk orang lain bisa baca- dan nikmati. Dan pahami.
Sehingga kumpulan huruf yang saya tuliskan tidak hilang begitu mereka selesai membacanya. Saat ini saya masih harus belajar banyak tentang itu.



 10 dislikes :

1.      Seseorang yang tidak menghargai privasi orang lain.
Karena bagi saya sendiri, ada beberapa hal yang hanya bisa saya bagi untuk diri saya sendiri.
Dan sepertinya bagi setiap orang begitu.

2.      Segala sesuatu yang terasa mengekang. Mengikat. Menahan.
Sehingga seakan saya tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa kemana-mana.
Yang membuat saya merasa tidak bebas menjadi diri saya sendiri.

3.      Muka koin.
Berbicara baik di depan seseorang, berbicara buruk di belakangnya.
Di depan seakan mendukung. Di belakangnya mendorongnya jatuh.

4.      Jika seseorang tidak membiarkan saya sendirian, ketika memutuskan sesuatu atau ketika menahan emosi.

5.      Seseorang yang jika marah mengatakan “Lo tuh gatau apa-apa.”

6.      Diremehkan.

7.      Orang yang sibuk mencari sensasi dan perhatian, tanpa prestasi untuk dibuktikan. Terlebih lagi- ketika orang lain justru malah terus menerus membahasnya meskipun mereka tidak suka.

8.      Iklan yang semakin lama semakin menjamur di majalah, internet, televisi.

9.      Ketika wifi tiba-tiba mati.

10.  Saat orang lain memperlakukan kepercayaan saya seakan itu tidak berharga.
Mereka tidak tau, bahwa saya akan sulit memberikan kepercayaan “kedua”.


...

Begitulah.
10 hal dari sekian banyak hal yang saya suka dan tidak suka.
Apakah salah satu atau banyak darinya sama dengan kalian?



Tyas Hanina







Selasa, 24 Desember 2013

Yang sudah pulang.


Well, gue lagi kangen banget sama mamah.

Shubuh tadi gue terbangun, dengan dada berdebar kencang. Dan keringat dingin di dahi dan sekujur tubuh.
Gue memang sedang terkena demam sejak kemarin malam- selepas pulang main dengan teman.
Sebenarnya sejak pagi gue sudah merasakan gejala-gejala akan sakit, nafas yang panas, kepala yang berat, dan lidah terasa agak pahit. Tapi, janji adalah janji kawan. Lagipula gue pengen main.

Iya. Lagi-lagi gue sakit pas liburan.

Mungkin kalau mamah belum pulang, beliau akan menyadarinya hanya dengan melihat air muka gue. Dan beliau akan mencegah gue untuk pergi, menyuruh gue untuk diam di rumah- meskipun dia tau benar bahwa cucu bungsunya ini sangat keras kepala dan akan tetap pergi.
Dan  malamnya, beliau akan menyediakan sisi kosong di tempat tidurnya. Membiarkan gue berbaring disana, dengan segelas teh manis hangat untuk gue nikmati. Dan saat gue tertidur, beliau akan memijiti tubuh gue dan menaruh kompres air dingin di dahi gue.
Kemarin malam, gue sangat merindukan hal itu. Dan rindu itu terasa sakit, mengingat gue tidak akan dapat merasakannya lagi- dengan sentuhan yang sama.

Shubuh tadi, gue terbangun dari mimpi yang menampilkan dia sebagai salah seorang “bintang tamunya”.
Mimpi itu terasa nyata, tapi gue tau itu mimpi. Pernah gak ngerasain mimpi yang seperti  itu? Rasanya membingungkan.
Di mimpi, gue sedang tidur di kamar Ibu. Dan ada suara ketukan pintu, saat gue membukanya. Ada Mamah di sana, dengan setelan kebayanya. Dia menyapa gue, gue merapal doa.
Tapi dia tidak pergi, seperti (yang gue baca) bahwa makhluk halus akan pergi setelah dibacakan doa seperti itu.
Dia tetap di sana. Berkumpul dengan anggota keluarga seperti biasa. Duduk di sofa ruang TV bersama Ibu, Bapak, dan Kakak-kakak gue. Mereka semua tau bahwa saat itu dia sudah pulang, namun mereka mengobrol seolah tak terjadi apa-apa.
Bukan hanya membingungkan, lagi-lagi itu terasa menyakitkan.

Begitu terbangun. Gue memegang dahi dan leher gue yang masih terasa hangat.
Tidak gue temukan jejak kompres dengan air dingin di sana.
Gue memeluk diri gue sendiri di pinggir tempat tidur, menangis selama kurang lebih 2 jam.
Lalu bangun dan menonton Televisi pagi yang masih penuh kartun. Mencoba melupakan mimpi barusan, dan perasaan rindu yang ditinggalkan.

...

Saat hari kepulangannya, pada waktu shubuh.
Gue menangis bersama abang gue di kamarnya. Memandang tubuhnya yang sangat kurus, terbujur kaku- dan dingin.
Berdua kami menangis, sesekali abang gue menyebut namanya dengan suara yang parau.
Dan gue hanya bisa duduk di sisi tempat tidurnya, memeluk lutut dan menangis- berusaha agar tangisan itu tidak mengeras.

Saat pemakamannya, selepas dzuhur.
Gue berdiri di depan liang lahatnya, memegang sekeranjang bunga untuk ditaburi di atas makamnya.
Memandangi tubuhnya yang kini dibungkus kain putih.
Gue tidak menangis.

Saat sampai di rumah.
Sehari setelahnya.
Seminggu sesudahnya.
Sebelum mimpi itu hadir.
Gue tidak pernah lagi menangis untuknya.
Bukan karena gue tidak merasa sedih, atau kehilangan.
Tanpa pernah gue katakan pada siapapun, bahwa gue merasa sangat kehilangan.

...

Setelah kepulangannya, Ibu adalah orang yang paling merasakan kehilangan.
Dia tidak bisa ditinggal di rumah sendirian.
Dia merasa ketakutan. Entahlah, gue tidak tau benar apa yang dia takuti.
Tapi, dia sempet bilang ke gue. Dia terlalu merasa kehilangan- karena hingga terakhir kali nafas terakhir mamah dihembuskan dia adalah orang yang merawatnya.
Dia tidak mau pergi ke kamar mamah, begitupun gue.

Haha. Mungkin iya, gue takut. Sama dengan yang Ibu rasakan.
Takut terlalu jauh untuk mengenangnya.

...

Setiap kali, gue sakit.
Merasa takut.
Pikiran gue kalut.
Atau, ingin dipijit.

Gue akan datang ke kamarnya, berbaring di sebelahnya. Memegang tangan atau ujung kain kebayanya, sebelum perlahan-lahan gue jatuh tertidur.

Dengan begitu gue merasa nyaman. Dan aman.

Dimana lagi, ada kenyamanan seperti itu yang orang lain bisa tawarkan?

 ...

Ah. Selamat hari Ibu, Ibu dari Ibuku.


Tyas Hanina

Rabu, 18 Desember 2013

Lilin


Ketika kamu menyentuh ujung tubuhku.

Secara perlahan,
kamu memberiku kemampuan untuk dapat..

Memberikan cahaya,
walau hanya untuk sementara.
Memberikan kehangatan,
walau hanya terasa jika berdekatan.

Aku lilin.
Yang perlahan kehilangan diriku karena dibakar api.
Tak mengapa jika kelak aku harus mati.
Setidaknya sentuhannya pernah membuatku menjadi berarti.

(Sumber gambar : http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/08/berlian-di-dalam-api-lilin)