Pages

Sabtu, 17 Mei 2014

let's can't sleep together

SO, there’s this guy.
Instead of saying ‘goodnight’ text dan menyuruh gue untuk tidur cepat.
Dia justru menjadi penyebab kenapa gue terus terjaga di malam hari.
No, i’m not saying that i’m in love with this guy.
I’m in love with his idea.
Dia ini gudang ide. Gue selalu penasaran dengan isi pikiran dia.
Every word that spoken and written by him, is really unpredictable.

Unpredictable.
Is one of my favourite words.
And this guy, is my favourite person.

Ah ya, gue sampai lupa menjelaskan alasan kenapa orang ini bikin gue tetap terjaga di malam hari.

...

Jadi, kalau dulu orang-orang bakal ngechat gue nyuruh gue tidur dan minta izin buat tidur duluan. Dan membiarkan gue terjaga sendirian.
Ini orang, malah nyuruh gue jangan tidur dan minta izin untuk didengarkan. Dan akhirnya buat gue tidak merasa kesepian.

Kadang, dia menceritakan sesuatu yang “tidak penting”. Seperti ketika ia tidak sengaja menelan biji anggur. Lalu pembicaraan kami berganti menjadi mitos-mitos yang kami temukan di masa kecil. Lalu esoknya kami akan bertemu untuk mencari jajanan masa kecil yang kami rindukan.
Kadang, dia membicarakan sesuatu yang sangat genting. Seperti tidak sengaja merusak vas bunga Ibunya. Lalu pembicaraan kami berganti menjadi macam-macam bunga dan karakternya. Lalu esoknya kami akan bertemu untuk membeli bunga lily putih dan vas yang tidak gampang pecah.
Atau kadang.
Ia hanya mengirimkan sebuah link. Berisi bacaan, lagu, atau video yang selalu menarik untuk gue buka.
Atau terkadang.
Ia hanya meminta gue untuk membacakan sebuah puisi.
Lalu terkadang gue membalasnya dengan memintanya bernyanyi.

...

“You can’t sleep?”
“Ya. As usual.”
“Yay. Let’s can’t sleep together.”

...

Dan pembicaraan kami tidak akan berhenti. Hingga akhirnya salah satu dari kami mengkhianati, dengan cara tertidur lebih dulu. Dengan ponsel di genggaman, dan sebuah pesan yang belum sempat terbaca.
“Woy udah tidur ya lo. Have a nice sleep.”

...

Ini hanya fiksi.
Saya belum pernah bertemu dengan orang ini.
Atau orang seperti ini.
Saya harap saya dapat bertemu dengannya.
Ah.

Isn’t he lovely?



Tyas Hanina

Kamis, 01 Mei 2014

“Yas kok lu udah jarang nulis di blog lagi?”

Nulis masih. Tapi gue memilih untuk tidak mempublikasikannya di blog.
Orang-orang bilang blog itu semacam buku harian. Bagi gue tidak, tidak benar-benar sama.
Gue tidak punya buku harian tetap, gue menulis di mana saja. Lo bakal menemukan banyak coretan dan tulisan acak-acakan, tapi sayangnya lo gak akan menemukannya karena gue gak bakal ngebiarin siapapun membacanya.
Sedangkan di blog. Orang yang membacanya bisa dari mana saja, siapa saja. Tanpa gue ketahui identitasnya. Karena itu bagi gue penting dan keharusan untuk memilih dan memilah topik dan tulisan mana yang pantas untuk dibaca orang lain. Yang diri gue sendiri izinkan untuk dibaca orang lain.

Gue cenderung hafal sama apa yang gue tulis.
Bukan karena gue menghafalnya secara sengaja. Tapi setiap kali gue menulis sesuatu, mengeluarkan isi pikiran gue. Gue akan memeriksanya beberapa kali, membacanya lebih dari sekali. Hingga gue merasa “lega”.

Lega dalam artian sempit, pikiran gue gak gaduh lagi.
Lega dalam artian luas, gue tidak menemukan kata yang berisi pernyataan atau menimbulkan pertanyaan yang bisa menyinggung seseorang atau khalayak ramai. Atau yang bisa menjadi bahan pembicaraan (gunjingan) orang-orang.

Karena sekali lagi, di dunia internet. Sebenarnya kita tidak benar-benar memiliki Privasi.

...

Privasi adalah hal yang rapuh, sekaligus kuat.
Makanya penting bagi gue untuk menjaganya.

Terlalu banyak memakai social media adalah berarti membiarkan semakin banyak orang yang mengetahui privasi lo.
Kalau dulu saat facebook lagi ramai, gue menjalin banyak pertemanan. Yang itu gue lakukan ketika gue masih sangat labil namun masih sangat friendly juga.

Sekarang, di social media yang sering gue gunakan.
Gue tidak ingin membuka diri gue sembarangan. Gue tidak ingin “menelanjangi” diri gue sendiri.
Gue hanya mengikuti orang-orang yang gue kenal dan dekat di dunia nyata, atau beberapa orang yang tidak gue kenal namun menarik perhatian gue.

Gue suka merasa risih melihat seseorang terlalu membuka dirinya di social media. Tidakkah mereka tau bahwa itu merupakan bahaya? Bahwa informasi yang mereka buka bisa berbalik menyerang mereka?
Ya mungkin berlebihan. Tapi ini juga bukan kesalahan.
Tapi, saat gue menengok apa yang gue tinggalkan di masa lalu. Sedikit banyak gue juga begitu.

Haha.

*ketawa karena kasihan sama diri sendiri*

Kayanya emang semakin bertambahnya usia. Hal yang berubah dari lo selain perubahan fisik, adalah bagaimana lo memandang sesuatu.
Gue pernah mengatakan bahwa gue merasa gue bukan orang yang sama, tapi juga lantas bukan orang yang beda.
Meski gue sendiri belum benar-benar tau siapa diri gue, gue masih dalam tahap pencarian.

Contohnya,
Waktu gue SD. Gue memandang orang yang pacaran itu rada menggelikan.
Gue SMP. Lah gue juga pacaran, berarti gue juga menggelikan dong? Enggak menurut gue saat SMP dan sekarang.
Gue SMA. Gue menganggap pacaran bukan sesuatu yang penting, bukan prioritas. Dan biasa aja gitu ngeliat orang lain pacaran, tidak seperti yang orang katakan bahwa orang yang tidak berpacar pasti iri dengan orang-orang yang berpacar.  Y A E L A H.

Tapi tetap ada kesamaan dari diri gue yang dulu dan sekarang.
Yaitu, pandangan gue tentang “Perasaan bukan sesuatu yang sederhana”.

Gue perempuan, dan katanya perempuan lebih sering menggunakan perasaannya.
Gue tidak benar-benar setuju, karena gue pikir gue lebih sering pake pikiran. Tapi, ya apa yang gue pikirkan juga belum tentu merupakan kebenaran kan? Mungkin gue juga sering menggunakan perasaan hanya gue tidak menyadarinya saja.

Sungguh, perasaan bukan sesuatu yang sederhana. Dia seringkali membuat kita lemah sekaligus kuat. Kompleks. Gue sejujurnya takut buat main-main sama perasaan.

...

Berhubungan sama social media.
Keuntungannya adalah di sana kita bisa mengutarakan perasaan dengan lebih mudah dibanding dunia nyata.
TAPI, bisa disalah artikan. Dan tetap saja kita harus berhati-hati.

Kenapa? Lagi-lagi karena perasaan merupakan sesuatu yang tidak sederhana dan kompleks. Apa yang kamu rasakan dan kamu ungkapkan, bisa saja dianggap berlebihan oleh orang lain.

Mungkin karena itulah banyak akun-akun tweet galau. Dan laku.
Tapi sekarang gue lihat mulai jarang sih ada akun yang begitu. Apa karena gue juga udah gak peduli lagi ya jadi tidak memperhatikannya?

Save your drama for yourself. Share your happiness with others.

...

Semuanya berubah seiring waktu. Siap atau tidak siapnya kita menerima perubahan tersebut, waktu gak peduli sama lo soal itu. Karena dia bukan hanya milik lo semata. Waktu menjadi milik semua orang. Walaupun waktu merupakan sesuatu yang relatif, dan tidak pasti.

Dari kepedulian menjadi ketidakpedulian. Adalah salah satu contohnya.

Entahlah.

...

Topiknya memang melebar ke mana-mana seperti biasa, tapi masih di jalan yang sama.
Badan gue juga melebar. Tapi gue masih orang yang sama.
Pikiran gue lebih terbuka. Yang bikin gue jadi orang yang beda.

Bingung ya setelah membaca postingan ini? Tidak apa-apa.
Teruslah bertanya-tanya.
Sesungguhnya pertanyaan adalah hal yang penting.
Kenapa ada ilmu pengetahuan? Karena ada pertanyaan.



Tyas Hanina