Pages

Jumat, 22 September 2017

untuk seorang teman yang sudah pulang

sebab, kehilangan tak pernah mengenal kata permisi
juga gemar bersembunyi di balik kelopak matamu

sebab, langit kadang tak bisa diprediksi
juga gemar mengejek rencana dan ekspektasimu

hari ini biru. besok kelabu. lusa ragu-ragu

aspal jalanan masih tetap keras, truk-truk pasir masih suka melintas
debu-debu tronton memenuhi ruang udara
menempel pada sisa-sisa bedakku yang sudah luntur
juga di helm mahalmu yang kau bawa ke mana-mana

-

malam itu, aku makan di restoran yang penuh asap
di simpang ruang kecamatan yang pengap

membicarakan kamu, tak lupa mendoakan keselamatanmu

satu-dua-sepuluh tusuk sate diletakkan di meja
tersisa sambal yang hampir tak ku sentuh
lalu, aku keluar restoran sembari mengelus perut

jarum air mulai turun dari langit yang miskin bintang
tanganku terbentang
berteriak memanggil kawan yang sedang berbincang dengan petugas kasir

"gerimis!"

aku tak tahu saat itu kamu sedang berjuang

-

Kamis, 22 September 2017


kamu lelap tertidur
tak lupa menyimpan senyum di wajahmu yang kian pucat
debu-debu jalanan sudah dibersihkan
istirahatlah yang tenang

jangan lagi khawatir tentang tugas abang
juga rencana Makar di pantai

di perjalanan pulang, ambillah doa kami sebagai bekalmu

satu-dua-sepuluh kenangan bersama
potret-potret yang kau ambil saat orientasi semester empat
pura-pura jadi penculik saat semester tiga
berbaris bersama di belakang gedung lima saat semester dua
rambut dipangkas habis saat semester satu

juga sisa-sisa tugas kelompok yang terpaksa kami selesaikan bersama, tak apa.



hati-hati di jalan, kentung!



(Tulisan ini dibuat untuk mengenang keluarga kami, M. Restu Fauzi - K1A15)

Kamis, 07 September 2017

Selamat malam! (Eh, atau selamat pagi?)

Maaf akhir-akhir ini aku asik sendiri dengan hidupku, sampai jadi tidak sempat untuk sekedar mengabarkan momen yang terjadi dalam semestaku.
Hm apa ya, yang segera harus kulaporkan?

Ah ya, baru kemarin aku menyelesaikan bukunya Putu Wijaya. Judulnya "Nora". Nora yang tidak pakai k, bukan norak. Tapi, memang tokoh utama wanitanya si Nora-Nora itu agak Norak sih digambarkannya. Ah bodo amat, tapi aku suka!
Jangan takut dulu kalau kamu baca tulisan "bacaan khusus dewasa" di sampulnya.  Ini bukan kisah stensilan kok. Percayalah padaku.

(Oh ya, kalau kamu mau menengok daftar bacaanku bisa di sini ya)

-

Terus, yang tidak kalah penting.
Aku baru saja selesai menulis, tapi tidak ku posting di sini.

Yah kenapa? Kecewa yah?

Maaf-maaf. Bukan maksud hati mendua, hanya saja ternyata asik karena medium berceritaku semakin luas! Hehe.

Aku dapat banyak kenalan yang tidak kenal-kenal amat di sana. Tulisannya bagus-bagus. Diksiku jadi makin kaya!
Aku senang baca-baca tulisan mereka ketika aku lagi bengong-bengong di kereta. Kamu harus coba.

Oh iya, nama medianya itu medium.


-

Aku masih gini-gini aja kok,
mata dua hidung satu. Gak ada bagian dari tubuhku yang bertambah jumlahnya.

Eh gatau sih bagaimana kabar kerutan di jidat dan bulu-bulu halusnya.

Pokonya, aku masih aku yang sama.
Aku yang suka bercerita di blog ini, aku yang suka bercerita pada dinding kamar.
Hanya saja, setelah hampir 3 tahun kuliah, aku belajar bahwa aku tidak boleh sombong berbagi cerita.
Perluas mediummu untuk bercerita niscaya semestamu akan semakin luas pula.

Hal-hal yang kubagi di setiap media itu pun berbeda. Kalau di sini, karena aku anggap ini adalah sebuah rumah, tempatku bermula dan tempatku kembali pula.. aku hanya akan membagikan hal-hal yang kuanggap pribadi di sini saja.

Begitulah, jadi jangan takut kehilanganku.
Aku masih jadi bagian dari diriku.

Saat ini, dua tahun lalu, sepuluh tahun kemudian.

-

Sebentar, aku haus.
Kapan-kapan aku sambung lagi ya ceritanya!

Selamat ma-
eh pa-

Ah, pokonya selamat membaca! :)



Jatinangor,



Tyas Hanina