Pages

Sabtu, 11 Maret 2017

tiga hal

"Tyas, jangan lagi menulis yang muluk-muluk. Jangan lagi maruk akan peluk. Jangan lagi pelit berbagi kerupuk."

Kemarin lusa, aku pulang ke Kelapa Dua.

Harus kukatakan, tidak banyak yang berbeda.
Tidak terbantahkan. Ada sekian hal yang tak lagi sama.

-

Dari atap rumah yang tidak lagi bisa leluasa kupanjat,
terlihat bangunan tinggi apartemen yang belum bisa dihuni.

Dari halaman rumah yang tak lagi ada tanaman,
terletak sepeda Bapak yang sudah tidak empuk lagi joknya.

Dari telapak tangan ibunda yang tak lagi halus tanpa kerutan,
tergambar garis-garis pertanda penuaannya.

Dari Layar hingga Bidar Raya.
Dari Sampan hingga Dayung Dua.

Ada jejak langkah dan bekas keringatku di sana.
Ada jejak tawa dan bekas tangisku merana.

-

Kemarin lusa, aku kembali ke peluk Ibunda.

Aku tidur-tiduran di kamar Aa.
Memainkan gitar-gitarnya dengan nada yang sumbang.
Memotret citra diri yang tak begitu enak dipandang.

Aku duduk di sofa dengan Bapak.
Menonton berita luar negeri dan dokumenter binatang.
Mengobrol yang tak perlu, menyelesaikan rindu yang menggerutu.

Kukatakan pada Aa,
Aku tidak mau jadi jurnalis.
Kukeluhkan pada Bapak,
Capek sekali menulis!

-

Nyamuk-nyamuk nakal, pajak-pajak mahal.
Persetan.
Tugas apresiasi, makalah dan presentasi.
Sialan.
Rapat organisasi, pergi sosialisasi.
Rajungan.

-

Kemarin lusa, aku lari ke rumah.

Aku enggan jadi dewasa.