Pages

Kamis, 15 Agustus 2013

Jam Tangan

#CeritaDariKamar Hari Kelimabelas


Rasanya asing, ketika saya harus berpergian tanpa jam tangan yang memeluk pergelangan tangan kiri saya. Rasanya pergelangan tangan kiri saya lebih ringan, dan saya seringkali lupa bahwa tidak ada jam tangan yang memeluknya disana.

Meskipun jam tangan yang memeluk pergelangan tangan saya berganti seiring waktu karena habis dayanya, tapi mereka semua sama-sama membekas kehadirannya. Hanya penampilannya saja yang berbeda.
Favorit saya adalah jam tangan kulit pemberian Bapak, jam-jam yang diberikan olehnya pelukannya begitu pas dan nyaman.
Tidak semencolok jam tangan Ultraman saya memang, tapi justru karena itu saya tidak malu ketika mempertontonkan pelukannya ketika berpergian.

Ketika orang-orang menanyakan petunjuk waktu, saya refleks melemparkan pandangan saya ke pergelangan tangan saya- berharap sang pemberi peluk itu menampilkan penunjuk waktu yang tepat.
Bagaimanapun tugas utamanya adalah memberi penunjuk waktu.
Ketika habis daya baterainya- saya terlalu malas untuk mengganti dengan baterai baru, saya lebih memilih untuk mendapat pelukan dari jam tangan yang baru.

Tapi jam tangan yang lama tidak pernah berpindah tempatnya, tetap berada di kamar saya. Meskipun pelukannya kini tidak pernah saya rasakan, tapi saya memilih untuk menyimpan.

Menyimpan memori dari pelukan sang penunjuk waktu.

0 komentar:

Posting Komentar