Pages

Minggu, 08 April 2018

Ngoceh

Hari minggu rasanya emang tercipta untuk leyeh-leyeh ya?
Setelah aktivitas-aktivitas belakangan ini yang berkeliaran kaya truk tronton. Berisik, ganggu, beratttttt pula bawaannya. Tapi, yo, life keeps on turning, truk tronton-ku tetap harus melaju toh?
Analogiku yang ngaco ini hadir dari akalku yang sepi. Belakangan ini aku rasanya nulis banyaaaak banget hal, dari mulai daftar belanja sampai tugas kuliah yang gak ada habisnya. Tapi, udah lama aku gak ngobrol-ngobrol sama diriku, sendiri.
Tolong, biarkan aku seperti ini ya, untuk beberapa paragraf ke depannya.

-

Paruh pertama tahun ini aku belajar banyak tentang diriku.
Egoku sering kali kubiarkan menang dari kompetisi yang tidak memperebutkan apa-apa. I really, lacking of self control.
Emosiku bukan lagi bom waktu. Aku belum nemu perumpamaan yang tepat. Tapi, yang jelas sekarang aku bisa meledak kapan saja. Ledakan yang kecil sih, tapi itu juga bukan berarti gak mengagetkan siapa pun.. juga tetap berpotensi buat menyakiti kan? Aku saaaangaaaaaat benci konflik, kalo ada konflik rasanya pengen wis kabur weh aku ra' urus sakarepmu wae. Makanya teman-teman dekatku selalu bilang kalo berantem samaku itu gak seru.

Gak bisa kujadikan pembenaran sih. Tapi, aku merasa konstelasi emosi itu membantuku tumbuh. Kalau aku ini bunga, aku sedang mekar-mekarnya.

Namun, aku manusia. Gak ada bentuk pasti dari pertumbuhan manusia sebagai manusia. Angka rasanya terlalu dangkal untuk menggambarkan itu semua. Rasanya ada yang menyentuhku, dalam, i have to admit it i'm really in love with myself.
Astaga. It takes 20 years to finally achieved this feeling!!!

-

Semoga tulisan ini gak membuatku terdengar seperti motivator.

Kalo aku ini youtuber dan harus buat konten draw my life, kok ya rasanya viewersnya bakalan -20 hahaha. Karena ya memang hidupku gini gini gini gini ajaaa.
Aku gak pernah punya halangan yang berarti banget, yang kalo diceritain ke orang lain sampe buat orang lain terperangah. Cerita tentang hidupku rasanya gak ada yang semenarik itu sampai harus kubuat thread di Twitter.

Namun, rupanya jadi orang yang biasa-biasa saja juga susah yah? 

Aku dulu sempat mengira bahwa hidup orang lain yang hebat banget juga pasti susah banget. Jadi orang cantik konon katanya membawa luka. Jadi orang kaya konon katanya rentan akan nestapa.
Tapiiiiiii jadi orang yang hidupnya di bawah garis khatulistiwa (lho endonesa), maksudku, di bawah rata-rata. Juga, gak kalah, susahnya.

Eh, sekarang ada di tengah-tengah kok ya, gak mudah?

-

Darimana aku tau aku ada di tengah-tengah?

Gak tau. Justru karena aku gak tau posisiku, aku selalu merasa aku di tengah-tengah.
Aku gak pernah merasa aku sebegitu rendahnya untuk kemudian ku ejek-ejek setiap harinya. Namun, gak pernah merasa seistimewa itu pula sampai-sampai sinarku sebegitu terang sebenderang-benderangnya.

Posisi ini sama sekali gak menguntungkan. Aku sesekali ingin terbang ke atas, atau terjun ke bawah. Gak puas sama tempatku berada yang pergerakannya statis.

Aku dengan sok taunya ngelakuin banyak hal yang buat diriku sendiri berteriak astaga-emangnya-lo-bisa-apa-sih-nyet pada paruh pertama tahun ini.
Sekarang, aku bisa dengan pede ngebales diriku sendiri,


"Aku gak tau aku bisa apa makanya dicoba buat tau aku bisa apa gak.
Hadeh gimana sih nih truk tronton mau sekali-kali naik limosin kagaaaaaaaaaaaaak???"




 Jatinangor,


Tyas Hanina




P.S
Capek gak sih baca ocehanku yang gak ada juntrungannya?
Pis lov en gawl.