Pages

Minggu, 29 September 2013

There goes (another) lazy Sunday.

Gegoleran. Bangun pagi cuma buat nonton kartun (yang semakin lama semakin dikit karena tergantikan dengan aCaR4 mUs1k).
Sarapan sedikit, banyakin cemilan (gak inget berat badan).
Sepedahan dan skippingan cuma jadi rencana belaka.
Ngerjain PR cuma jadi keharusan semata (yang terus ditunda).
Susah move on cuma jadi beban di hati. (CUMA?!!)


Tapi, ada satu kegiatan yang baru saja gue lakuin di minggu ini- hari ini.
Gue buka PRIMBON, baca-baca ramalan di sana. Mulai dari ramalan hari lahir, sampe bentuk jari dan kuku.
Tapi, gue tetep gak percaya ramalan kok. Orang yang lahir hari Minggu dan punya kuku panjang gak gampang percayaan orangnya dan gak peduli gitu-gituan.

 
EMANG MASIH JAMAN BUKA PRIMBON?

Enggak. Gue sedang napak tilas.
Di saat belum era Twitter, IG dan Path. Tab website gue pasti FriendSter, Primbon, sama Games.co.id

Hm. Yang terakhir itu masih sering dibuka sih.
Meski anak SD jaman sekarang heboh main Pokopang atau Candy Crush, gue tetep suka buka games.co.id. Biasanya gue main yang Operasi-operasian (obsesi dokter bedah yang terpendam), atau ngedekorasi ruangan (another obsession).


Perbedaan gue jaman SD dan sekarang, ketika membuka Primbon adalah…
Gue yang lebih Lugu di masa lalu gak peduli sama ramalan-ramalan apalagi gosipnya Olla Ramlan.
Yang gue buka di Primbon itu Foto-foto dan Video hantu.
Pocong jumpalitan, kuntilanak cekikikan (sialan gue merinding ngebayanginnya), genderuwo wota (lah? Akun twitter?).
Meski mengakibatkan bulu kuduk meremang, dan parno  seharian. Gue gak ada kapok-kapoknya buka begituan.

Sama aje sih, kaya sekarang. Stalking mantan-gebetan-yang-jarang-update-social-media.
Kadang bikin hati gue lompat-lompatan, cekikikan sendirian, dan menghabiskan waktu bercengkrama di Twitter.
Sialnya emang, bikin hati gue meradang, dan nangis semalaman. Tapi, gue gak kapok-kapoknya kan?
Curiosity is my middle name.


Bukan anti mainstream. Istilah anti mainstream pun rasanya udah basi banget, kek ngebahas kebiasaan-kebiasaan kita sama mantan (gebetan).
Lagian, apa bedanya sih buka ramalan di Primbon sama KAMU-KAMU yang suka ngeRT ramalan bintang di Twitter?
Setidaknya, gue ngebaca ramalan itu diem-diem gak diumbar ke media sosial. (LAH INI APA)


Sabtu malam kemarin, gue nemenin nyokap belanja kebutuhan rumah. Biasanya sih gue rada ogah, mending gegoleran di kasur nonton Running man belasan episode daripada kaki pegel dan hati nahan kesel gara-gara nungguin doi belanja.

Tapi, karena gue calon penghuni surga jadi malam itu gue pun menemani beliau keluar rumah.

Karena, nyokap seringkali keluar rencana ketika berpergian. (Bilangnya belanja minyak sayur, pulang-pulang bawa baju-baju segerobak bajigur).

Sebelum berangkat, gue menunjukkan sisi keras kepala gue bahwa gue cuma mau belanja kebutuhan rumah tangga aja. Dan beliau pun menurutinya, meski disertai omelan-omelan pendek khasnya. (Gue pura-pura gak denger, dan kerasin volume radio mobil).

Baru awal belanja aja, beliau udah berjalan dengan anggunnya ke tumpukan..
Karena gue anak yang sangat pemalu, terlebih untuk memilih dan memilah underwear di tempat umum, jadi gue melipir ke tempat mainan. #JiwaAnakSD
Sampai gue selesai memilih seperangkat alat tulis spongebob dan kembali ke tempatnya.
Beliau masih belum menyelesaikan kegiatannya.

… sigh.

Lalu, beliau memberikan beberapa petuah bagaimana memilih underwear yang baik dan nyaman digunakan.
Bagaimana cara mencuci underwear yang benar.
Bagaimana jenis-jenis underwear yang lucu dipandang (EH, underwear kita kan gak bakal diliat orang lain?! #prinsip).
Bagaimana trik-trik khusus untuk stalking instagram orang dan gak kepencet like.


Begitu banyak wasiat yang beliau sampaikan, begitu banyak cara yang gue fikirkan supaya membuat dia cepat menentukan pilihan underwearnya.
 
...


Waktu di tempat kosmetik gue terdiam lama di antara barisan sabun muka.
Gue gak tau yang mana harus gue pilih, yang jelas dalam hal ini gue gak boleh sembarangan mencoba.
Gue pengen mengusir jerawat-jerawat yang bertamu di wajah.
Oh, how I miss my mulus face.

 
Nyokap juga sedang dilanda kebingungan yang sama. Bedanya, dia banyak bertanya ke mbak-mbak SPGnya.
Waktu gue selesai memilih sabun muka, dan menghampirinya.. Dia sedang bertanya ke mbak-mbaknya.
“Sabun  muka Tamara yang mana ya?” 

Mbak-mbak SPG mengerutkan alisnya, bibirnya terlihat bergetar tapi dia tetap coba mempertahankan senyum sopannya.
“Maksudnya, Bu?”
“Tamara…. Dek *menoleh ke gue*, ini sabun muka Tamara bukan?”

Karena gue udah terlatih menghadapi pertanyaan nyokap yang tidak bisa ditebak, meski gue bingung juga dengan siapa tamara dan apa sabun mukanya. Gue menunjukkan ekspresi muka kalem.
“Tamara siapa?” “… Tamara! Yang di iklan itu!”
Dia menyodorkan lagi sabun muka berwarna merah tua itu di hadapan muka gue. Tetep ngotot dengan pertanyaannya, dan tetap tidak memberikan spesifikasi tentang siapa Tamara.
Mbak-mbak SPG pun melipir pergi, dan datang mbak-mbak SPG baru lagi. Ya seperti ketika kita melepas kepergian seseorang, akan selalu ada orang lain yang datang. 
Mbak-mbak itu mengulum senyum, nyokap tetap menunggu jawaban gue.
Gue pun mengingat berbagai iklan produk muka. Tiba-tiba terlintas nama dan wajah seorang pria tampan yang gue temukan di Ask.Fm. Anaknya artis itu………

OHHH Tamara Bleszynsky !!!! 

Karena gue takut nyokap kesulitan mengulang nama tamara bleszynski kembali, gue pun tidak menyebutkannya.
“Iya kali yang itu.”
Merasa tidak puas dengan jawaban gue, beliau memalingkan muka dan bertanya ke mbak-mbak SPG yang masih tersenyum sejak awal kedatangannya.

 
Sabar ya, mbak ngeladenin pertanyaannya.
Bisik gue dalam hati untuk mbak-mbak SPG itu
Pasti tau kan ini iklan apa?
 


Makin lama, gue sadar. Semakin sedikit waktu yang gue habiskan bareng Nyokap- bareng keluarga. Meski tidak terbilang jarang, tapi rasanya gue lebih sering menghabiskan waktu bersama teman ataupun sendirian.

Bersyukurnya, gue bukan tipe orang yang senang hura-hura seharian. Gue lebih sering mendem diri di kamar.
Banyak anak remaja yang menghabiskan malam mereka bersama teman-teman, jauh dari orang tua, keluar dari rumah mereka.. Untuk kesenangan, yang gue nilai sementara.
Ya itu pilihan mereka, gue gak bermaksud menghakiminya.

Dan mungkin kebiasaan gue yang setiap malam berkutat dengan internet, mengonsumsi kopi dan tidur pagi. Juga sama tidak baiknya.
Kesehatan dan kecukupan waktu istirahat gue, juga merupakan hal yang penting bagi mereka- Orang Tua.

Meski kadang gue sering ngambul sama orang rumah, tapi gue sayang mereka. Rumah, bagi gue bukan hanya tentang suatu tempat, bukan hanya tentang suatu kediaman. Tapi, merekalah Rumah.
Tempat di mana gue selalu pulang, tempat di mana gue melepas lelah.

Bokap, dengan lantunan ayat suci yang rutin dia bacakan setiap harinya, memberikan wawasan baru dan memberikan gue ruang untuk melakukan hal yang gue suka. Beliaulah yang menularkan sikap tenangnya pada gue. (.... atau yang mereka sebut cuek).

Nyokap, dengan ocehan dan pertanyaan-pertanyaannya- gangguan yang selalu gue butuhkan. Suara tawanya yang khas, masakannya yang selalu terasa pas. Kelezatan hidup tiada tara yang gue syukuri setiap harinya.

Aa, jemarinya yang lincah memetik senar gitarnya- suaranya yang halus dan ringan. Gue yakin nyanyiannya bakal didenger banyak orang. Suaranya menciptakan rasa nyaman.
 

Ah, gue jadi pengen segera menyusun jadwal liburan bersama mereka.

...

8 hari yang lalu, coveran lagu Aa' sempat diputar di Radio :
Sedangkan, #CeritaDariKamar gue yang berjudul Potret Persahabatan akhirnya diputar di Prambors Jogja tanggal 18 lalu.

:')

...

PR akuntasi sudah lama menunggu giliran untuk dikerjakan. Jadi, udahan dulu yaaaa.
Jangan lupa untuk tidak terlalu percaya dengan Ramalan apalagi segala sepikan gebetan. Jangan lupa untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Jangan lupa dengerin atau streaming Prambors Jogja! :)
Jangan lupa untuk buka dan baca blognya Tyas Hanina :*


Tyas Hanina

0 komentar:

Posting Komentar