Pages

Minggu, 19 Februari 2017

Untuk Tyas



Teruntuk : Tyas Hanina


Hai, apa kabarmu?
Aku harap hari ini kamu tidak melewatkan kartun pagi kesukaanmu. Karena aku sadar betul,betapa ini akan mempengaruhi suasana hatimu seharian ini.

Bagaimana sekolah? Menyenangkan bukan?
Tidak perlu merasa sebegitu kesalnya karena teman laki-lakimu membuntutimu pulang.
Suatu hari mereka akan menyesal.
Aku tahu, kamu pandai menjaga dirimu sendiri. Walau diam-diam kamu ketakutan juga.
Teruslah menjadi kuat, Tyas, hingga dewasa nanti.

Hari ini ibu masak apa?
Sayur oyong dengan ayam goreng kesukaanmu, kah?
Jangan lupa sehabis makan nanti, ucapkan terima kasih pada Ibu. Bilang, “Terima kasih telah menjadi koki terbaik dalam hidupku, Bu!”
Aku tahu kamu sangat tidak terbiasa akan hal itu. Dan aku yakin ibu akan terkaget-kaget mendengarnya. Kapan lagi anak bungsunya yang pemalu ini bisa berbicara seperti itu.

Hari ini Bapak pulang bawa buku apa?
Majalah bobomu sudah habis kamu baca, ya? Ah, teruslah membaca.
Tidak usah malu, karena kamu berbeda. Aku hanya ingin mengingatkan, jaga baik-baik matamu.
Jangan lagi suka membaca di tempat gelap atau sambil tidur-tiduran. Dan, hilangin tuh kebiasaanmu suka nyeruduk-nyeruduk orang di Mall karena baca komik sambil jalan!

Hari ini sudah bertengkar dengan Aa’?
Tak apa, nikmatilah setiap rasa kesal yang tercipta karena konflik kalian berdua.
Tiban saja tubuhnya yang kurus itu ketika tidur. Siram kepalanya dengan segelas air dingin.
Tapi, jangan kabur lagi ke kamar mandi dan nangis sendiri.
Mau nakal kok, cengeng. Gak bisa bertanggung jawab akan kesalahanmu sendiri.
Kubilangin ya dari sekarang, suatu saat kamu akan kangen masa-masa perang ini.
Kamu akan rindu lari-larian keliling komplek dengan hanya mengenakan kaos kutang dan kancut doang. Tetangga-tetanggamu pun ku yakin nanti akan rindu suara teriakanmu yang nyaring itu!
Ku beri bocoran dari masa depan.
Aa’ semakin lama semakin tidak menyebalkan. Tidak lagi gemar mengganggu.
Ini kabar baik apa kabar buruk ya? Entahlah, terserah mau kamu maknai seperti apa.

Hari ini Kakak pulang dengan cerita seperti apa?
Kisah hidupnya sudah kamu hafal betul. Siapa-siapa saja yang menyukainya di sekolah, hal-hal apa saja yang mengganggunya di rumah.
Ku kasih tahu, ya. Semakin bertambah dewasa, kamu akan semakin dekat dengannya.
Memang sih, menyebalkan sekali rasanya selalu dibandingkan-bandingkan dengannya.
Tapi, tidak perlu merasa insecure sendirian. Diam-diam dia pun juga merasa begitu. (SSSST, rahasiakan ini darinya bahwa aku tahu)



Tyas, sewaktu aku menulis surat ini untukmu aku sedang jauh dari rumah.
Jauh dari kamu, sekaligus mencoba dekat denganmu.

Tapi, hal yang ku ingin kamu tahu.
Bahwa, pada saat ini. 10 tahun setelah kamu hidup di dunia ini.
Kamu masih hidup di dalam diriku.

Segala partikel yang hidup dalam semestamu, merupakan bagian dariku.
Yang kadang-kadang terlupa, tapi tak akan tanggal dari kepala.

Segala boneka barbie, rumah mainan dari kayu, buku komik yang menguning kertasnya, bundelan majalah Bobo, buku lirik lagu daerah, seruling dan pianika, sepeda roda tiga, buku diary yang kehilangan gemboknya, boneka beruang yang robek pitanya, gulungan kaset yang sudah putus, pita film tua. Dan sebagainya.
They’re gonna live forever in me.


Tyas, tahun ini aku sudah kepala dua.
Aku ingin jujur, bahwa aku takut sekali menjadi dewasa.
Aku takut kehilangan kamu di dalam diriku.
Aku gugup memikirkannya.

Entah apa yang akan dituliskan Tyas di usia 30-nya.
Entah wejangan apa yang akan diberikannya pada kita.


Tyas, tidak perlu ikut khawatir memikirkanku.
Jalani saja ritme hidupmu.
Skenarionya menyenangkan, kok! Kalau menyebalkan, improvisasi saja. Hehe.
Kamu akan bertemu banyak tokoh yang seru. Yang akan membawamu pada titik balik dalam hidupmu.

Siap-siap, ya.
Pegangan yang kencang.
Arus hidupmu akan terus membawamu pada tempat yang tak terduga.

Aku, selalu menikmatinya kok hingga saat ini walau kadang harus dengan air mata.


Ah, ya. Jangan takut bertambah tua. Kamu akan baik-baik saja.




Tyas Hanina


P.S

Tolong ya, Pak Pos.
Antarkan surat ini kepada diriku 10 tahun yang lalu.
Pinjam saja mesin waktu dari robot kucing itu.

0 komentar:

Posting Komentar