Pages

Kamis, 01 Mei 2014

“Yas kok lu udah jarang nulis di blog lagi?”

Nulis masih. Tapi gue memilih untuk tidak mempublikasikannya di blog.
Orang-orang bilang blog itu semacam buku harian. Bagi gue tidak, tidak benar-benar sama.
Gue tidak punya buku harian tetap, gue menulis di mana saja. Lo bakal menemukan banyak coretan dan tulisan acak-acakan, tapi sayangnya lo gak akan menemukannya karena gue gak bakal ngebiarin siapapun membacanya.
Sedangkan di blog. Orang yang membacanya bisa dari mana saja, siapa saja. Tanpa gue ketahui identitasnya. Karena itu bagi gue penting dan keharusan untuk memilih dan memilah topik dan tulisan mana yang pantas untuk dibaca orang lain. Yang diri gue sendiri izinkan untuk dibaca orang lain.

Gue cenderung hafal sama apa yang gue tulis.
Bukan karena gue menghafalnya secara sengaja. Tapi setiap kali gue menulis sesuatu, mengeluarkan isi pikiran gue. Gue akan memeriksanya beberapa kali, membacanya lebih dari sekali. Hingga gue merasa “lega”.

Lega dalam artian sempit, pikiran gue gak gaduh lagi.
Lega dalam artian luas, gue tidak menemukan kata yang berisi pernyataan atau menimbulkan pertanyaan yang bisa menyinggung seseorang atau khalayak ramai. Atau yang bisa menjadi bahan pembicaraan (gunjingan) orang-orang.

Karena sekali lagi, di dunia internet. Sebenarnya kita tidak benar-benar memiliki Privasi.

...

Privasi adalah hal yang rapuh, sekaligus kuat.
Makanya penting bagi gue untuk menjaganya.

Terlalu banyak memakai social media adalah berarti membiarkan semakin banyak orang yang mengetahui privasi lo.
Kalau dulu saat facebook lagi ramai, gue menjalin banyak pertemanan. Yang itu gue lakukan ketika gue masih sangat labil namun masih sangat friendly juga.

Sekarang, di social media yang sering gue gunakan.
Gue tidak ingin membuka diri gue sembarangan. Gue tidak ingin “menelanjangi” diri gue sendiri.
Gue hanya mengikuti orang-orang yang gue kenal dan dekat di dunia nyata, atau beberapa orang yang tidak gue kenal namun menarik perhatian gue.

Gue suka merasa risih melihat seseorang terlalu membuka dirinya di social media. Tidakkah mereka tau bahwa itu merupakan bahaya? Bahwa informasi yang mereka buka bisa berbalik menyerang mereka?
Ya mungkin berlebihan. Tapi ini juga bukan kesalahan.
Tapi, saat gue menengok apa yang gue tinggalkan di masa lalu. Sedikit banyak gue juga begitu.

Haha.

*ketawa karena kasihan sama diri sendiri*

Kayanya emang semakin bertambahnya usia. Hal yang berubah dari lo selain perubahan fisik, adalah bagaimana lo memandang sesuatu.
Gue pernah mengatakan bahwa gue merasa gue bukan orang yang sama, tapi juga lantas bukan orang yang beda.
Meski gue sendiri belum benar-benar tau siapa diri gue, gue masih dalam tahap pencarian.

Contohnya,
Waktu gue SD. Gue memandang orang yang pacaran itu rada menggelikan.
Gue SMP. Lah gue juga pacaran, berarti gue juga menggelikan dong? Enggak menurut gue saat SMP dan sekarang.
Gue SMA. Gue menganggap pacaran bukan sesuatu yang penting, bukan prioritas. Dan biasa aja gitu ngeliat orang lain pacaran, tidak seperti yang orang katakan bahwa orang yang tidak berpacar pasti iri dengan orang-orang yang berpacar.  Y A E L A H.

Tapi tetap ada kesamaan dari diri gue yang dulu dan sekarang.
Yaitu, pandangan gue tentang “Perasaan bukan sesuatu yang sederhana”.

Gue perempuan, dan katanya perempuan lebih sering menggunakan perasaannya.
Gue tidak benar-benar setuju, karena gue pikir gue lebih sering pake pikiran. Tapi, ya apa yang gue pikirkan juga belum tentu merupakan kebenaran kan? Mungkin gue juga sering menggunakan perasaan hanya gue tidak menyadarinya saja.

Sungguh, perasaan bukan sesuatu yang sederhana. Dia seringkali membuat kita lemah sekaligus kuat. Kompleks. Gue sejujurnya takut buat main-main sama perasaan.

...

Berhubungan sama social media.
Keuntungannya adalah di sana kita bisa mengutarakan perasaan dengan lebih mudah dibanding dunia nyata.
TAPI, bisa disalah artikan. Dan tetap saja kita harus berhati-hati.

Kenapa? Lagi-lagi karena perasaan merupakan sesuatu yang tidak sederhana dan kompleks. Apa yang kamu rasakan dan kamu ungkapkan, bisa saja dianggap berlebihan oleh orang lain.

Mungkin karena itulah banyak akun-akun tweet galau. Dan laku.
Tapi sekarang gue lihat mulai jarang sih ada akun yang begitu. Apa karena gue juga udah gak peduli lagi ya jadi tidak memperhatikannya?

Save your drama for yourself. Share your happiness with others.

...

Semuanya berubah seiring waktu. Siap atau tidak siapnya kita menerima perubahan tersebut, waktu gak peduli sama lo soal itu. Karena dia bukan hanya milik lo semata. Waktu menjadi milik semua orang. Walaupun waktu merupakan sesuatu yang relatif, dan tidak pasti.

Dari kepedulian menjadi ketidakpedulian. Adalah salah satu contohnya.

Entahlah.

...

Topiknya memang melebar ke mana-mana seperti biasa, tapi masih di jalan yang sama.
Badan gue juga melebar. Tapi gue masih orang yang sama.
Pikiran gue lebih terbuka. Yang bikin gue jadi orang yang beda.

Bingung ya setelah membaca postingan ini? Tidak apa-apa.
Teruslah bertanya-tanya.
Sesungguhnya pertanyaan adalah hal yang penting.
Kenapa ada ilmu pengetahuan? Karena ada pertanyaan.



Tyas Hanina

0 komentar:

Posting Komentar