Pages

Sabtu, 01 Maret 2014

suara


Aku adalah suara yang terlalu sunyi untuk kamu dengar.
Malangnya, di sekelilingmu selalu penuh dengan hingar bingar.
Kau dapat mendengarku jika kau mau.
Begitupula,
Aku dapat mengeraskan suaraku jika aku mampu.

Suaramu adalah gema yang selalu berulang di telingaku.
Dan,
Degup jantungku selalu berirama dengan sapamu.

Suatu ketika,
Hari ketika diammu menemukanku. Dan suaraku akhirnya sampai di telingamu.
Menembus suatu ruang di hatimu. Membuatmu akhirnya mengucap kalimat itu.
Kalimat yang selalu bergema di telingaku.

Aku mencintaimu.

Namun, malangnya.
Selain berteman dengan sunyi aku pun berkawan akrab dengan malu.
Hanya kujawab kalimatmu dengan diamku.
Berharap kau mendengar sesuatu yang bahkan tak pernah kuucapkan.

Dan kesalahpahaman adalah satu-satunya suara sumbang yang mampu kita dengar.
Seperti suara lalat yang tak henti terbang memutari kepala.
Berdengung terus menerus.
Membuatku terus mencari dan mencari cara untuk menghentikannya mengangguku.

...

Dan saat ini, baik kau maupun aku.
Sama-sama hanya mau dan mampu tuk saling menyapa dalam diam.
Dalam suatu pertunjukan saling memandang mata (dan melemparnya sembarangan)- dalam suatu pertemuan yang selalu tidak disengaja.

Dengan sengaja aku menulis ini semua. Agar rindu tidak lagi gaduh dan rusuh.
Tanpa perlu bibirku mengucapkannya padamu.

Tenang saja,
Sepotong kalimat yang kau ucap. Tidak lagi menjadi pengangguku. Tidak lagi bergema di telingaku.

Aku hanya rindu, hanya itu. Tanpa perlu kamu tau.


Tyas Hanina

0 komentar:

Posting Komentar