Hey, You.
How was your day?
I wish you have a good one.
Hm..
What if i give you my story?
Are you gonna listen to me?
...
Hari ke21
puasa, dan sungguh bahagia yang terasa.
Gue
membuat janji pada pukul 3 sore dengan Maul. Hari ini pendaftaran Bimbingan Belajar
untuk persiapan ujian mendatang.
Basi kalo
gue bilang, “AH GAK KERASA YA UDAH KELAS 12 AJA.”
Karena
sebenernya kerasa banget 2 tahun di SMA.
Tapi,
ketika gue mengisi formulir pendaftaran dan membayarkan cicilannya sendiri. Gue
mengingat omongan Bapak, beliau bilang semakin gede gue harus ngurus apa-apa
sendiri.
Terus
gue juga inget, 3 tahun lalu ketika gue ikut bimbingan belajar juga namun di
tempat yang berbeda. Betapa gue seringkali menyia-nyiakan waktu belajar gue,
dengan sering ketiduran, bolos juga terlambat. Padahal jaraknya tidak terlalu
jauh dari rumah.
Semoga
gue tidak melakukan kesalahan yang sama.
Gue
selalu merinding jika mengingat kalimat :
“We are so busy growing up, we
often forget they are also growing old.”
12
tahun gue sekolah didukung sama orangtua, semua sarana prasana terpenuhi. Masa
gue sia-siain gitu aja?
Semoga,
di saat-saat rasa malas mulai mencoba menjajah gue. Gue mengingat wajah orang
tua. Membayangkan wajah bahagia mereka kalau gue berhasil. Membayangkan wajah
kecewa mereka kalau ternyata hasilnya nihil.
Ah.
Dan
ternyata, hari itu untuk kedua kalinya Maul salah jadwal. Kelas dimulai pada
pukul setengah 2 lalu. Kami pun ikut susulan, langsung 2 pelajaran.
Ekonomi
yang membahas Manajemen, dan Geografi dengan Desa sebagai bahan pelajaran.
Gue dan
Maul pun keluar dari tempat les. Dengan keadaan kepala yang dibasahi oleh
gerimis, kami berburu takjil untuk berbuka puasa.
Gue
berbuka puasa bersama Maul dan Sekeluarga di rumahnya. (MAKASIH OM, TANTE, ADEKNYA-MAUL-YANG-KEMAREN-MINTA-DIBUATIN-SURAT-CINTA.)
Setelah
menonton kelakuan dua orang nenek kembar di sinetron Para Pencari Tuhan. Gue
dan Maul pun berangkat menuju tempat tujuan, untuk menonton musisi yang kami
gemari musiknya. Adhitia Sofyan.
Selama
perjalanan di angkutan umum, dengan keadaan jalanan yang ramai lancar.
Gue dan
Maul kembali membuka sesi obrolan malam hari, yang pernah kami lakukan ketika
perjalanan menuju hotel saat Study Tour.
Kami
membicarakan banyak hal, diantaranya tentang tujuan kami setelah lulus dari SMA,
bagaimana sikap orang tua dalam mendukung kami, impian kami untuk dapat
mengajar di kegiatan Indonesia Mengajar.
Gue
selalu suka pembicaraan di malam hari, apalagi ketika menjelang pergantian hari.
Gue gak bisa mendeskripsikan kenapa begitu, tapi rasanya gue bisa jauh lebih
terbuka. Terlebih kalau teman bicaranya memberikan kenyamanan.
Sepertinya
Maul pun begitu, dia menceritakan tentang kebiasaannya mengobrol dengan ayahnya
ketika hampir tengah malam.
Ah, gue
pun teringat Bapak. Dan pembicaraan-pembicaraan kami. Momen ketika kami duduk
berdua di sofa, menonton Televisi (biasanya Discovery
Channel, National Geographic,
atau Animal Planet.) dan
mengobrol ringan. Biasanya dia memberikan saran satu dua hal, kadang merekomen
suatu bacaan.
Atau
momen ketika kami mengobrol di pojok kafe favoritnya, selalu bangku itu yang
beliau pilih ketika ke sana. Suatu hari, kami membicarakan rencana gue setelah
lulus SMA. Saat itu, gue sadar kalau beliau menaruh harapan kepada gue, anak
bungsunya. Beliau pun menerima keinginan gue untuk kuliah di tempat yang jauh.
Meski setelahnya beliau memberikan nasihat tentang hidup jauh sendiri, dan
bagaimana gue harus membiasakan diri. Untuk dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan
buruk gue.
Kami
pun menutup pembicaraan itu ketika sampai di tujuan, Supermal Lippo Karawaci.
Gue
melirik jam di pergelangan tangan, hampir pukul delapan. Dan panggungnya masih
sepi...
Gue
udah panik bakal ketinggalan nonton Adhitia Sofyan, karena kata Maul emang
harusnya mulai jam 7... Kami pun coba menyingkirkan pikiran buruk itu, lalu
jajan Ice Cream Cone rasa cokelat di BK.
Pas
balik ke panggung. Masdhit udah berdiri di panggung. Rasanya lega banget kaya
tegukan pertama es teh manis ketika berbuka...
Kami
pun duduk sila di depan panggung, dengan jarak sekian meter. (gue mau nekat
duduk depan panggung, atau duduk di bangku sebelah masdhit nyanyi. Tapi gue
masih punya rasa malu...)
Duduk bersila
di karpet hijau, ngejilatin es krim, nontonin Masdhit nyanyi. Di tengah-tengah
keramaian.
Yha.. Kami
gak seaneh itu kok.
Bahkan ada
anak kecil yang tiduran di depan panggung. TIDURAN. Sambil dengerin Adhitia
Sofyan...
Mungkin
dalam kepalanya, si dedek membayangkan berada di padang rumput. Menatap langit
berbintang. Ditemani suara halus Masdhit...
Ya walaupun
kenyataannya dia tiduran di karpet hijau. Menatap langit-langit mall. Di depan
panggung. Diliatin orang sekitaran. Tapi biarkan saja, biarkan imajinasinya
bermain dengan indahnya.
Semua
lagu yang Masdhit nyanyikan membuat hati gue nyaman. Tapi ada beberapa lagu
yang buat gue spontan meremas paha Maul yang duduk di sebelah gue. HAHAHA.
1.
“Lagu
ini untuk kalian yang jomblo karena terlalu banyak memilih.”
Lalu
petikan gitar, dan senandung halus dari bibir Masdhit keluar... Lagu “Memilihmu”
dari album Quiet Down diputar.
Memilihku perlu
persiapan yang mental~
Bagai memilih
masuk ke sekolah unggulan~
2. “Pernah ditinggalin seseorang?
Lagu ini untuk mereka yang
pernah merasakan.”
Blue
Sky Collapse
pun dimainkan. Gue gak bisa menyembunyikan senyuman, mengingat kata demi kata
yang gue tulis di postingan ini. Sebuah tulisan berdasarkan lirik lagu
tersebut.
3. Ketika “In To You” dimainkan di
panggung. Pikiran gue pun bermain kepada kenangan-kenangan masa lalu. Tapi gue
hanya mengizinkan ia bermain, tidak untuk kembali. Because... i don’t
want to be a victim of a broken heart. I don’t want to put my self into another
mess.
...
Selain akhirnya berkesempatan
langsung menonton Masdhit nyanyi di panggung.
Gue foto 2 kali dengan Pria
Berkacamata yang bikin mata gue berkaca-kaca setiap mendengarkan lagunya.
Malam itu, hal yang gue sesali
adalah lupa membawa 2 album beliau untuk ditandatangani.. untungnya ada sedikit
rezeki di dompet dan album terbarunya yang belum gue miliki (meski lagu-lagunya
udah gue denger seluruhnya di akun soundcloudnya).
Sebagai tanda cinta, gue tetep
mendukung beliau dengan membeli CD musiknya (padahal Quiet Down ama Forget
Your Plans dibeliin Aa’ HAHAHAHHA). Dan beliau pun menorehkan tanda
tangan di atas CD How To Stop Time.
YO DIBELI YO DIBELI |
...
Masdhit
tadi inget gak dua cewek, yang satu pake kudung abu2 yang satu pake baju item.
Duduk sila depan panggung makan es krim cokelat yang tumpah2 di baju?
HAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHA.
...
Beberapa
hari setelah tau Adhitia Sofyan bakal manggung di Lippo. Gue dan Maul dengan
heboh berjanji untuk menonton, dan tak lupa membayangkan skenario yang sempurna
untuk menonton Adhitia Sofyan.
Outdoor,
kalo bisa rooftop. Gerimis. Kepala hanya ditutupi oleh telapak tangan. Udara
dingin dibungkus oleh jaket pemberian seseorang.
Ya
skenario kami ternyata gak beda jauh sama skenario FTV.
Tapi
memang sehebat apapun bayangan, gak ada apa-apanya dibandingkan merasakannya
secara langsung.
Terima
kasih Mas Adhitia Sofyan untuk lagu-lagunya... yang sering nemenin saya nulis.
Yang sering nemenin saya di perjalanan. Yang sering nemenin saya galau. Yang
jadi temen ngopi ketika hujan. Yang sering Aa’ saya senandungkan di kamarnya. Yang
selalu memberikan kenyamanan.
Terima
kasih Masdhit (kek akrab banget gak sih daritadi manggilnya masdhit). Terus
berkarya! :3
...
Sampai
sini aja, udah ikut nyium aroma kebahagiaan gue malem ini kan?
Begitu
sampai rumah. Duduk di sofa. Nyalain WiFi di ponsel. Ada notification dari
twitter.
Begitu
gue buka,
Lagi-lagi.
Gue gak
bisa menyembunyikan kalau gue bahagia...
Terharu
sih Onyol masih inget postingan gue tentang review buku dia (baca postingan gue
yang ini terus baca bukunya ya!)
Soalnya
gue fikir udah jadi butiran debu, terlupakan begitu saja.
Kisah
dari buku itu benar-benar tidak bisa terlupakan begitu saja.
Lo
pernah gak sih makan kue terus saking enaknya lo pengen tau siapa kokinya? Bukan
untuk nanya resep rahasianya, tapi untuk bilang ke dia bahwa ini kue terenak
yang pernah lo makan.
Lo pernah
gak sih dengerin lagu baru saking merdunya lo pengen tau siapa penyanyinya? Bukan
untuk nanya apa lirik dan chord gitarnya, tapi untuk bilang ke dia kalau
lagunya membuat kita merasakan sesuatu yang gak pernah kita rasakan sebelumnya.
Nah.
Terus,
lo pernah gak baca buku baru yang lo gak ada ekspektasi apa-apa awalnya cuma karena
didukung rasa penasaran semata. Namun nyatanya di setiap lembar bukunya hingga
paragraf terakhir pengenalan penulisnya. Lo jadi pengen tau dan kenal siapa
penulisnya?
Dan
akhirnya nekat ngetik email, yang panjang...
Lalu,
akhirnya penulisnya bales. Dan menyarankan untuk ditulis di blog. Dan taunya,
sekarang postingan itu selalu ramai pembacanya.
Gue pernah.
...
TFU.
Akan
difilmkan.
Untuk
info lebih lanjut cek di twitter Onyol.
Jangan males
ngescroll. Oke.
Sebelum
nonton.
Baca
dulu postingan blog gue tentang review buku tersebut.
Dan
pergi ke toko buku kesayangan lo, atau website yang jual buku.
Dan
beli bukunya. The Fabulous Udin, written by The Fabulous Onyol.
Huehehe.
...
Punggung
gue udah mulai pegal.
Tapi,
rasa senengnya masih tertinggal.
Ah,
memang bahagia itu sederhana.
Selamat
malam semuanya.
Terima
kasih sudah mendengarkan cerita saya.
Semoga
kamu menikmatinya.
J
Tyas Hanina
0 komentar:
Posting Komentar