sebab, kehilangan tak pernah mengenal kata permisi
juga gemar bersembunyi di balik kelopak matamu
sebab, langit kadang tak bisa diprediksi
juga gemar mengejek rencana dan ekspektasimu
hari ini biru. besok kelabu. lusa ragu-ragu
aspal jalanan masih tetap keras, truk-truk pasir masih suka melintas
debu-debu tronton memenuhi ruang udara
menempel pada sisa-sisa bedakku yang sudah luntur
juga di helm mahalmu yang kau bawa ke mana-mana
-
malam itu, aku makan di restoran yang penuh asap
di simpang ruang kecamatan yang pengap
membicarakan kamu, tak lupa mendoakan keselamatanmu
satu-dua-sepuluh tusuk sate diletakkan di meja
tersisa sambal yang hampir tak ku sentuh
lalu, aku keluar restoran sembari mengelus perut
jarum air mulai turun dari langit yang miskin bintang
tanganku terbentang
berteriak memanggil kawan yang sedang berbincang dengan petugas kasir
"gerimis!"
aku tak tahu saat itu kamu sedang berjuang
-
Kamis, 22 September 2017
kamu lelap tertidur
tak lupa menyimpan senyum di wajahmu yang kian pucat
debu-debu jalanan sudah dibersihkan
istirahatlah yang tenang
jangan lagi khawatir tentang tugas abang
juga rencana Makar di pantai
di perjalanan pulang, ambillah doa kami sebagai bekalmu
satu-dua-sepuluh kenangan bersama
potret-potret yang kau ambil saat orientasi semester empat
pura-pura jadi penculik saat semester tiga
berbaris bersama di belakang gedung lima saat semester dua
rambut dipangkas habis saat semester satu
juga sisa-sisa tugas kelompok yang terpaksa kami selesaikan bersama, tak apa.
hati-hati di jalan, kentung!
(Tulisan ini dibuat untuk mengenang keluarga kami, M. Restu Fauzi - K1A15)