Peringatan : Tulisan ini mungkin akan sedikit menyinggung hal pribadi. Tanpa
ditujukan untuk siapa pun atau untuk kepentingan apa pun. Penulis hanya mencurahkan
keresahannya tentang cinta dan betapa susahnya menulis tentang cinta tanpa
terkesan dangdut or menye.
My cousin getting
married next week.
Usianya gak jauh beda sama gue. Mungkin, hanya selisih 1-2
tahun lebih tua.
I’m wondering, what
was she thinking to getting married in such a young age?
Well, i think.. she
has already think about it and preparing herself.
Because, marriage is
not such an easily decision to make.
That’s not my problem
anyway. Gue berharap dia berbahagia dengan kehidupannya dengan pasangannya.
My problem is..
My mom keep asking me
how is my ex boyfriend doing. I have no idea, and i don’t care.
She keeps complaining for
my decision to breaking up with him last year.
Come to think of it.
I don’t really care
about my current relationship status. I don’t put any attention about my love
life.
I do think about love
stuff sometimes.
Like, “hey i think
i like him.” Or “maybe he’s attracted
to me.”
But, well.
It just what is it.
It takes courages to
falling in love all over again.
And i’m a little bit
afraid of commitment.
It’s still a long way
ahead for my mom seeing me as a bride.
So, wait for it mom.
I will falling in love
when i’m ready, not when i’m lonely.
...
Sure,
I do think about my
future husband, sometimes.
How’s he doing?
Have we met?
Do he even know that
i’m exist?
But, yeah.
I don’t know.
Jodoh itu misteri Ilahi hahaha.
I’m just gonna
preparing my self for being a good wife for him. A good mother for our child.
...
Usia se-gue udah nikah mungkin sebenernya bukan hal yang
luar biasa ya.
Tapi, mungkin karena saat ini-gue belum kepikiran sama
sekali.. for spend the rest of my life
with someone.
Dan gue juga gak kepikiran buat nyari “seseorang itu”.
Dating app like Tinder, is such a horrible thing to me.
Lo ngeliat sekumpulan foto orang-orang yang gak lo kenal,
lalu memutuskan untuk suka atau gak sama mereka hanya dengan satu gerakan
jemari lo. Ke kanan atau ke kiri?
Serem gak sih?
Apa emang karena gue aja yang takut sama stranger?
Dari jaman FB masih berjaya pun, kalo ada cowok gak dikenal
chat gue pasti gue block. Kadang, yang kenal tapi gak deket aja suka gak gue
bales. Hehe.
Pantesan lu jomblo
mulu, cih.
Iya? Ah bodo.
...
By the wayyy.
Ada satu quotes yang gue suka banget. Nemu di oa line
kumpulan_puisi atau sajak liar yah lupa.
Gini,
“Jangan mencari-cari
seakan kamu kurang lengkap sendiri.”
Atau versi engleshnya di tumblr.
“i’m not searching
for my other half. Because, i’m not a half.”
...
Gue juga suka mikir.
Kenapa dan gimana ya orang bisa mutusin buat nikah?
Gimana caranya mereka tau kalo she/he is “the one”?
Karena, nyet. Serem gak sih, ngebayangin..
Someday he/she deciding
that they are no longer in love with us again?
Atau kebalikannya.
When we think that we
were in love, but the truth is. We are not.
It’s a nightmare,
really.
...
Beberapa waktu yang lalu. Gue ngobrol sampe jam 4 pagi
dengan seorang teman SMA.
He’s good looking and
have been in several relationship on highschool.
Kayanya, mantan-mantannya bisa buat partai tuh.
Hehe.
Seperti biasa, dengan randomnya gue nanya ke dia.
“Apa sih yang bikin lu yakin kalo
lu suka sama orang?”
“Tergantung perempuannya” jawabnya.
Oh gitu, tergantung orangnya ya. Gue manggut2 aja denger
jawabannya.
“Oiya tergantung segalanya juga.
Kapan, kenapa, situasi/kondisi.” Tambahnya.
Dari sini gue tau percakapannya bakal menarik.
Tanpa melibatkan cerita tentang pengalaman asmara kami di
masa SMA. Tanpa menyebut satu atau dua nama. Percakapan itu mengalir adanya.
Salah satu pesan yang gue kirimkan ke dia, bunyinya begini :
“Ya pasti berawal dari mata sih, mas. We recognize a person from our eyes. We considering that person as
attractive or not on our mind, then. But, the things that keep us liking them
by our heart.. is in the middle of conversation.
Suka mikir gini gak, ‘cakep nih orang tapi ga nyambung’. Atau lama
kelamaan nyaman dengan orang yang by
looks biasa aja. Tapi, seolah ada magnet tersendiri buat terus
bercakap-cakap dengannya.”
...
Whoa, whoa.
Dari sekitar 700 kata yang udah gue ketik barusan, gue
ngerasa guejadi transparan.
Ini kalo gue lebih serius nulisnya, bisa terpecah jadi
beberapa tulisan yang panjang.
Tapi, rasanya gue hanya ingin menulis sampai sini aja.
Karena sepanjang apapun bahasan tentang cinta kayanya tetep
aja bakal nimbulin pertanyaan.
Ya gak sih?
Ew, gue kek admin akun goldar atau prestigeholic di line
deh.
...
Hal terbaik dari menulis adalah gue dapat ngobrol dengan
siapa aja tanpa harus bener-bener berbicara dan bertatap muka dengan lawan bicara
gue.
So, i’m talking to
you. Right now.
Yes, you.
The one who reading
this.
Have you been in love,
before?
Or, are you in love
right now?
Well, good luck.
Mengutip sebuah pernyataan dari seorang yang tidak dikenal
di ask.fm, tapi gue inget banget setiap patah katanya.
“Membiarkan diri lo jatuh cinta
dengan seseorang berarti memberikan sebuah pisau kepadanya. Pisau itu bisa
digunakan buat ngelindungin lo atau justru melukai lo. Makanya, jangan kaget
kalo suatu hari lo ngeliat darah di tangannya. Bisa jadi, darah itu dateng dari
orang yang berusaha ngelukain lo. Atau justru, itu darah lo sendiri.”
Hehe.
Hati-hati sama hati, ya.
Tyas Hanina
Jomblo
18 tahun
Tangerang
(Yha, dah kek bio Tinder.)
1 komentar:
i do really like this one because i know you're literally being honest here and there's nothing better as much as honest writing. even talking about love takes courage for some people; including you; and me (you know who).
anyway, don't you think that what people called thing or whatever it is as "love", is actually seems like a pills to us? it can heal you or make you feel better if you either take the right pill, at the right moment or right dosage. but it also can harm you if you either take the wrong one for too long, or at the wrong time, or wrong dosage.
well, i never know anything about love anyway. even thinking about it makes my head hurts.
Posting Komentar