Banyak sekali ide yang datang ke kepala gue. Mengetuk pintu, masuk. Namun hanya singgah sebentar.
Karena tidak segera gue pindahkan ide-ide itu lewat kata-kata.
Gue juga kembali gagal, untuk mengatur jadwal tidur.
Badan gue capek, tapi setiap malam gue melupakan apa itu rasa kantuk.
Rasanya kaya dikhianatin badan sendiri.
Bagai dua sisi mata uang.
Terkadang, gue menjelma menjadi pribadi yang serba teratur dan disiplin.
Gue mudah cemas jika tidak mempersiapkan sesuatu dengan baik.
Gue selalu mencoba untuk mempersiapkan diri.
Tapi gue sadari belakangan ini, terlalu banyak persiapan.
Yang perlu gue perbanyak adalah tindakan.
Namun. Bukan sekali dua kali, gue terjajah oleh rasa malas.
Keinginan untuk terus menunda.
Menunda, karena merasa waktu berjalan lama.
Merasa waktu bergantung pada gerak saya.
Padahal justru, tidak perduli gerak yang saya lakukan lamban atau cepat.
Waktu selalu menjalankan tugasnya secara objektif.
Semua mendapat bagiannya sama, tapi tidak semua mampu menghargainya dengan rasa yang sama.
Seorang presiden, artis papan atas, penulis terkenal, tukang gorengan, mamang fotocopyan.
Sampai pelajar SMA seperti saya.
Semua punya jatah waktu yang sama setiap hari, 24 jam.
Dengan jatah waktu yang sama itu. Pencapaiannya memang berbeda.
Tapi gue fikir dan gue rasa (Karena logika dan hati sering bersebrangan).
Meski arti "sukses" sendiri, juga tokoh yang dianggap sukses itu berbeda untuk setiap orang.
Menurut pendapat gue, orang yang sukses itu selalu bisa menghargai waktu. Dan menghargai Sang Pencipta yang Mengatur Waktu.
Sukses dalam bidang apapun.
Dan apakah gue sudah mampu menghargai waktu?
Bukan hanya waktu saja. Bahkan apakah gue sudah mampu menghargai diri gue sendiri?
Dengan menulis postingan ini yang berarti menggagalkan upaya gue untuk mengatur waktu tidur, apakah itu juga berarti gue juga sudah tidak menghargai waktu?
Tapi gue rasa, itu juga bergantung apa yang gue kerjakan di malam hari ketika gue mengganggu waktu tidur gue sendiri.
Dan gue juga yakin, orang-orang sukses di luar sana sudah sering mengorbankan waktu tidurnya untuk karya mereka.
Gue akui, seringkali yang gue lakukan hanya buka 1cak atau mengamati timeline Twitter.
Jarang sekali gue lakukan kegiatan menulis. Padahal bagi gue menulis dan membaca merupakan suatu bentuk rekreasi.
Rekreasi kata-kata. Mengistirahatkan otak gue yang sesak oleh cerita yang gue simpan sendiri.
Jadi selama itu merupakan hal yang berguna. Gue rasa sang "waktu" pun juga merasa kita menghargainya.
Gue meyakini itu.
Dan ada satu hal yang gue yakini dan pegang selama ini.
"Pemilik semesta dan semesta selalu mengamini apa yang kita yakini."
Dan gue meyakini dan selalu mengamini.
Bahwa suatu hari gue akan jadi orang yang sukses.
Sukses bagi diri gue sendiri, bagi keluarga, dan bagi orang lain.
Memang selama ini gue masih terlalu sering mengambil jeda dalam setiap gerakan untuk menggapai mimpi gue.
Selama ini juga gue masih terlalu sering mengambil jalan memutar, daripada langsung menuju tujuan.
Sama seperti postingan ini.
Bertele-tele dan mungkin sedikit menyimpang dari maksud dan tujuan awal gue.
Tapi kali ini, gue benar-benar membebaskan otak gue mengetikkan semuanya.
Merapikan barisan kata-kata yang selama ini hanya menetap di otak.
Tak apa kali ini, kalau banyak yang tidak mengerti.
Tujuan tulisan gue kali ini, hanya melegakan fikiran.
Haha, sampai disini dahulu. Saya mau tidur, dan bermimpi. Bangun lebih pagi, dan menjemput mimpi.