Joko Pinurbo bertanya dalam salah satu puisinya, “Apa beda
selamat jalan dan selamat tinggal?”
Namun, aku jauh lebih penasaran.
Apa yang menjadi pertimbangan semesta untuk meramu sebuah
pertemuan dan perpisahan?
*
Toh, katanya keduanya sama-sama dilambangkan oleh lambaian
tangan.
Lalu, bagaimana dengan pertemuan yang tidak disengaja? Atau
bahkan tidak diinginkan?
Kemudian, bagaimana dengan perpisahan yang tiba-tiba? Tanpa
adanya sesuatu yang menginsyaratkan?
Lambaian tangan.
Hah.
Bahkan sebuah sapa dan salam pun enggan diucapkan.
Boro-boro, kalimat selamat ulang tahun disampaikan.
*
Sudahlah, Mas Joko.
Usahlah bertanya-tanya sesuatu yang jawabannya tak pasti.
Janganlah mengira-ngira sesuatu yang berhubungan dengan
hati.
Nanti yang ada, Mas Joko malah pusing sendiri.
Seperti saya saat ini.
*
(Usai saya mempublikasikan tulisan ini,
Semesta mengajak saya bercanda sepertinya.
Rupanya,
Datang pesan darinya.
Selamat ulang tahun, katanya.)