Salah satu dari sekian banyak hal yang membuatku jengkel
padamu.
Adalah kebiasanmu untuk menggantungkan cerita.
Seakan, kau selalu mengakhiri kalimatmu dengan tanda koma,
bukan dengan titik seperti seharusnya.
Hal itu mengganggu, dan membuatku terus menunggu.
Lalu apa? Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Namun, kau hanya membisu. Entah apa yang membuatmu begitu.
Apa aku terkesan tidak memperdulikanmu? Apa aku terlihat
tidak mendengarkanmu?
Sungguh, aku bersungguh. Aku sangat ingin tahu, perihal
apapun yang menimpa semestamu.
Terlebih, ketika kutangkap getar ragu dalam kalimatmu. Atau
nada muram dalam celotehmu.
Mungkin kau tengah disibukkan oleh apapun kegiatanmu.
Atau mungkin kau lupa membalas pesanku.
Atau mungkin kau hanya ingin mengerjaiku.
Membiarku menunggu, membiarkanku khawatir akan kondisimu.
Ingin kukutuk jarak di antara kita.
Karena ada saat di mana aku ingin bersandar di bahumu,
Tapi kamu jauh.
Karenanya, tiap-tiap kali kudengar getir rindu dalam
kalimatmu.
Aku berusaha mendekatimu. Entah dengan cara apapun itu.
“Ah, lagipula, apa
benar kau pernah merindukanku?” Katamu.
Tak usahlah kau bertanya padaku. Aku tidak akan menjawabnya.
Kata orang, perempuan tidak suka ditanya.
Dia lebih suka bertanya.
Hai, kamu. Bagaimana kesibukan semestamu? Jangan lupa untuk
berhenti sejenak dari kesibukanmu, lalu merindukanku.
Tyas Hanina