“Yas kok lu udah
jarang nulis di blog lagi?”
Nulis masih. Tapi gue memilih untuk tidak mempublikasikannya
di blog.
Orang-orang bilang blog itu semacam buku harian. Bagi gue
tidak, tidak benar-benar sama.
Gue tidak punya buku harian tetap, gue menulis di mana saja.
Lo bakal menemukan banyak coretan dan tulisan acak-acakan, tapi sayangnya lo
gak akan menemukannya karena gue gak bakal ngebiarin siapapun membacanya.
Sedangkan di blog. Orang yang membacanya bisa dari mana
saja, siapa saja. Tanpa gue ketahui identitasnya. Karena itu bagi gue penting
dan keharusan untuk memilih dan memilah topik dan tulisan mana yang pantas
untuk dibaca orang lain. Yang diri gue sendiri izinkan untuk dibaca orang lain.
Gue cenderung hafal sama apa yang gue tulis.
Bukan karena gue menghafalnya secara sengaja. Tapi setiap
kali gue menulis sesuatu, mengeluarkan isi pikiran gue. Gue akan memeriksanya
beberapa kali, membacanya lebih dari sekali. Hingga gue merasa “lega”.
Lega dalam artian sempit, pikiran gue gak gaduh lagi.
Lega dalam artian luas, gue tidak menemukan kata yang berisi
pernyataan atau menimbulkan pertanyaan yang bisa menyinggung seseorang atau
khalayak ramai. Atau yang bisa menjadi bahan pembicaraan (gunjingan)
orang-orang.
Karena sekali lagi, di dunia internet. Sebenarnya kita tidak
benar-benar memiliki Privasi.
...
Privasi adalah hal yang rapuh, sekaligus kuat.
Makanya penting bagi gue untuk menjaganya.
Terlalu banyak memakai social media adalah berarti
membiarkan semakin banyak orang yang mengetahui privasi lo.
Kalau dulu saat facebook lagi ramai, gue menjalin banyak
pertemanan. Yang itu gue lakukan ketika gue masih sangat labil namun masih
sangat friendly juga.
Sekarang, di social media yang sering gue gunakan.
Gue tidak ingin membuka diri gue sembarangan. Gue tidak
ingin “menelanjangi” diri gue sendiri.
Gue hanya mengikuti orang-orang yang gue kenal dan dekat di
dunia nyata, atau beberapa orang yang tidak gue kenal namun menarik perhatian
gue.
Gue suka merasa risih melihat seseorang terlalu membuka
dirinya di social media. Tidakkah mereka tau bahwa itu merupakan bahaya? Bahwa
informasi yang mereka buka bisa berbalik menyerang mereka?
Ya mungkin berlebihan. Tapi ini juga bukan kesalahan.
Tapi, saat gue menengok apa yang gue tinggalkan di masa
lalu. Sedikit banyak gue juga begitu.
Haha.
*ketawa karena kasihan sama diri sendiri*
Kayanya emang semakin bertambahnya usia. Hal yang berubah
dari lo selain perubahan fisik, adalah bagaimana lo memandang sesuatu.
Gue pernah mengatakan bahwa gue merasa gue bukan orang yang
sama, tapi juga lantas bukan orang yang beda.
Meski gue sendiri belum benar-benar tau siapa diri gue, gue
masih dalam tahap pencarian.
Contohnya,
Waktu gue SD. Gue memandang orang yang pacaran itu rada
menggelikan.
Gue SMP. Lah gue juga pacaran, berarti gue juga menggelikan
dong? Enggak menurut gue saat SMP dan sekarang.
Gue SMA. Gue menganggap pacaran bukan sesuatu yang penting,
bukan prioritas. Dan biasa aja gitu ngeliat orang lain pacaran, tidak seperti
yang orang katakan bahwa orang yang tidak berpacar pasti iri dengan orang-orang
yang berpacar. Y A E L A H.
Tapi tetap ada kesamaan dari diri gue yang dulu dan
sekarang.
Yaitu, pandangan gue tentang “Perasaan bukan sesuatu yang
sederhana”.
Gue perempuan, dan katanya perempuan lebih sering
menggunakan perasaannya.
Gue tidak benar-benar setuju, karena gue pikir gue lebih
sering pake pikiran. Tapi, ya apa yang gue pikirkan juga belum tentu merupakan
kebenaran kan? Mungkin gue juga sering menggunakan perasaan hanya gue tidak
menyadarinya saja.
Sungguh, perasaan bukan sesuatu yang sederhana. Dia
seringkali membuat kita lemah sekaligus kuat. Kompleks. Gue sejujurnya takut
buat main-main sama perasaan.
...
Berhubungan sama social media.
Keuntungannya adalah di sana kita bisa mengutarakan perasaan
dengan lebih mudah dibanding dunia nyata.
TAPI, bisa disalah artikan. Dan tetap saja kita harus
berhati-hati.
Kenapa? Lagi-lagi karena perasaan merupakan sesuatu yang
tidak sederhana dan kompleks. Apa yang kamu rasakan dan kamu ungkapkan, bisa
saja dianggap berlebihan oleh orang lain.
Mungkin karena itulah banyak akun-akun tweet galau. Dan
laku.
Tapi sekarang gue lihat mulai jarang sih ada akun yang
begitu. Apa karena gue juga udah gak peduli lagi ya jadi tidak memperhatikannya?
Save your drama for yourself. Share your happiness with others.
...
Semuanya berubah seiring waktu. Siap atau tidak siapnya kita
menerima perubahan tersebut, waktu gak peduli sama lo soal itu. Karena dia
bukan hanya milik lo semata. Waktu menjadi milik semua orang. Walaupun waktu
merupakan sesuatu yang relatif, dan tidak pasti.
Dari kepedulian menjadi ketidakpedulian. Adalah salah satu
contohnya.
Entahlah.
...
Topiknya memang melebar ke mana-mana seperti biasa, tapi
masih di jalan yang sama.
Badan gue juga melebar. Tapi gue masih orang yang sama.
Pikiran gue lebih terbuka. Yang bikin gue jadi orang yang
beda.
Bingung ya setelah membaca postingan ini? Tidak apa-apa.
Teruslah bertanya-tanya.
Sesungguhnya pertanyaan adalah hal yang penting.
Kenapa ada ilmu pengetahuan? Karena ada pertanyaan.
Tyas Hanina