Saat itu. Waktu itu. Kala itu.
Aku menemukanmu.
Kemudian..
Terperangkap oleh beningnya bola matamu.
Terbiasa memperhatikan kerlinganmu.
Menerka apa yang kau pandangi dari sorot mata itu.
Menghitung ketebalan alismu.
Kemudian..
Berharap pernah ada lengkungan senyumku yang kau simpan.
Pernah ada tawaku yang kau rekam.
Namun ternyata sebaliknya.
Aku menyimpan semua lengkung senyummu.
Aku merekam segala buncah tawamu.
Di dua bola mataku, awalnya.
Kuarsipkan ke hatiku, setelahnya.
Kemudian..
Berharap lagi.
Kali ini harapan untuk dapat melukis lengkungan.
Lengkungan manis senyummu, karenaku.
Lengkungan pelangi indah, di matamu.
Kemudian..
Karena tertutupi oleh perasaan bahagia kala itu.
Aku lupa cara membedakan antara maya & nyata.
Dan akhirnya. Tanpa sengaja, tatapan kita bertemu.
Berkenalan mungkin lebih tepatnya.
Karena setelah itu, hal itu sering sekali terjadi.
Malah.. Mungkin sudah menjadi rutinitas mataku.
Kemudian..
Aku tambah mencandu.
Dan mencoba mengkonsumsi lebih banyak lagi.
Akhirnya... aku pun terkena akibatnya.
Aku tidak bisa melepas pandanganku darimu.
Nakal! Berkali-kali kumarahi mataku.
Aku butuh rehabilitasi.
Aku butuh pengurangan dosis.
Agar aku tidak lebih jauh lagi terjerat.
Dari segala tentangmu yang membuat candu.
Kemudian..
Setelah tersiksa sekian lama, tersita pandangannya olehmu.
Aku baru sadar.
Aku jatuh cinta.
Kepadamu tentunya.
Kemudian..
Tiada habisnya aku bertanya.
Tak apakah jika aku jatuh cinta?
Lalu kemudian.. Aku berharap bisa menemukan jawabnya.
Secepatnya.
Tyas Hanina