Pages

Jumat, 29 November 2013

Enjoy your time.


Waktu berlalu bagai desingan peluru.
Gue percaya, itu adalah hal yang baik.
Teori relativitas Einstein.
Kalau kita menikmati hal yang kita kerjakan- waktu akan berjalan cepat.
Sedangkan, jika kita menganggap hal tersebut menyebalkan- waktu seakan merangkak dengan lambat.

Time you enjoy wasting, is not wasted. –John Lennon

...

Semester ketiga di SMA akan selesai. Masih ada 3 semester lagi yang harus dijalani.

Dan mengingat jangka waktu tersebut, gue terhimpit di tengah-tengah perasaan..
Ingin cepat lulus, lalu kuliah di luar kota.
Namun, juga merasa gak ingin semua ini berakhir dengan cepat.

Dan, sekali lagi. Cepat atau lambatnya waktu, terkadang tergantung dengan bagaimana kita menikmatinya.

I enjoy my senior high school life.

Selama jadi siswi SMA..
Sisi melankolis gue jarang sekali keluar. Sehingga, kebanyakan orang menilai gue adalah orang yang datar. #YaEmangSih

Atau mungkin itu semua karena gue berubah.

Gue saat SD terkesan galak, tidak pandai mengatur emosi.
Gue di masa SMP cenderung labil, dan lebih mengekspresikan diri.

Dan, gue yang sekarang. Yang duduk di bangku kelas 2 SMA..
Yang lebih bisa ngatur diri sendiri, dan cenderung gak peduli.
Gak peduli orang nilai gue kaya apa.

Because you know why? This is my life. My soul. The purpose of my existance. #skinnyindonesian24

Dan, bukan hal yang tidak mungkin. Saat gue jadi Mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri nanti, gue udah jadi orang yang “beda” lagi.
Yang mungkin akan lebih mandiri, dan lebih perhatian sama keadaan sekitar juga diri gue sendiri.

You know, people changes.
Mungkin lo gak menyadarinya. Mungkin lo selalu ngerasa lo adalah lo yang sama.
Ya, gue juga. Gue selalu ngerasa gue saat umur 10 tahun-13 tahun-16 tahun gak ada bedanya.
Tetap seorang Tyas Hanina, gak tiba-tiba berubah menjalani kehidupan sebagai Manohara.

Yang berbeda, adalah gimana isi “dalem” kita. Gimana pandangan kita akan sesuatu. Gimana kita menanggapi sesuatu.
Karena semakin pertambahan usia. Semakin banyak hal kita tau, tapi juga banyak yang kita lupa. Semakin banyak pengalaman, tapi juga semakin banyak alpa.

Karena sesempurnanya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tetap, gak ada manusia yang paling sempurna.

...

Coba deh, liat-liat album foto keluarga yang lama.
Liat gimana lo dan keluarga lo tumbuh. Gimana perubahan yang terjadi di Rumah.
Ingat kebiasaan lama yang dulu kalian kerjakan bersama. Bandingin dengan sekarang, apa frekuensi waktunya tetap sama?

Di keluarga gue sendiri. Ada banyak hal yang berubah, termasuk diri gue sendiri.
Ibu, Bapak, Mamah, Kakak, Aa’.
Semua berubah.
Whether it’s a good or bad things. They still being them self.

Kebiasaan bersepeda dan berenang setiap weekend bersama Bapak dan Aa’. Kini sudah tidak terlaksana.
Gue kini memilih bangun pagi untuk menonton siaran kartun yang semakin berkurang.
Aa’ memilih tidur sampai menjelang siang.
Hanya Bapak yang tetap sepedahan. Kadang, gue bilang sama beliau kalau gue ingin ikut dengannya bersepeda. Tapi, itu belum lagi terlaksana.

Berantem sama Aa’ pun kini gak termasuk rutinitas lagi.
Dulu bisa sampai lari-lari telanjang kaki cuma pake kaus kutang dan kancut muterin komplek.
Sekarang, paling ribut kecil karena gue suka lupa balikin earphonenya.

Ngobrol sama Kakak sampai tengah malem juga cuma bisa dilakuin kalau dia lagi pulang ke rumah.
Yang berarti beberapa bulan sekali.

Belum lagi, sekarang Mamah sedang sakit.
Dan Ibu sedang sibuk-sibuknya mengurusnya. Gue takut, beliau ikut sakit karena terlalu capek.

...

Gue suka kangen. Semakin gue sadar begitu banyak perubahan di kehidupan gue, semakin banyak hal yang gue kangenin.

Namun, yang menjadi masalah gue daridulu adalah gimana sulitnya gue untuk ngungkapin apa yang gue rasakan lewat lisan.
Biasanya malah berujung emosi sendiri, dan salah paham. Atau saat sisi melankolis gue keluar.. gue bisa tiba-tiba nangis, dan lawan bicara gue semakin gak ngerti.

Intinya, kadang gue susah ngungkapin apa yang sebenernya gue rasa & fikirin karena gue ngerasa mereka gak akan ngerti. Dan itu emang terjadi.
Karena gue emang gak pandai komunikasi lewat lisan.

Gue memilihnya lewat tulisan.
Itulah kenapa, mungkin kalau ada orang yang mikir “gue” di blog yang berupa tulisan ini dan “gue”di dunia nyata adalah orang yang berbeda.

Contohnya,
Minggu kemarin, sempat ada keributan kecil antara gue dan bokap.
Intinya masalahnya karena apa rasanya gue gak perlu cerita.
Pokonya waktu itu gue kebingungan sendiri untuk ngungkapin apa yang sebenernya gue rasain. Tbh, gue sampai nangis sendirian di kamar padahal masalahnya juga gak terlalu besar.

Akhirnya, karena gak tahan. Keesokan paginya gue nulis surat untuk beliau.
Dengan tulisan tangan yang acak-acakan, lewat perantara pensil dan notes kecil yang gue temukan di ruang tamu.

Waktu itu, gue gak yakin cara itu akan sepenuhnya berhasil.
Namun, yang penting adalah akhirnya gimana gue bisa ngungkapin.

Dan diluar dugaan, masalah itu berhasil diselesaikan.
Lewat perantara surat dengan tulisan acak-acakan.

...

Setelah liat-liat album foto keluarga.
Gue juga sering membayangkan beberapa tahun ke depan akan seperti apa.

Gue akan jadi Mahasiswi di Perguruan Tinggi, pulang beberapa bulan bulan sekali.
Aa’ mungkin akan ngebangun hotelnya sendiri, atau bahkan mungkin dia akan rekaman dan jadi penyanyi. (Dengerin suaranya di sini)
Kakak udah menikah. Dan mungkin punya anak kembar.
Ibu dan Bapak tetap tinggal di rumah yang sama. Tetap menjadi pasangan suami istri yang penuh cinta. Wuih.

Sebenarnya, gue sering mengkhayalkan lebih jauh dari  itu.
Gue sering sekali mengkhayal. Di mana saja.
Tapi, yang paling enak ketika gue sendirian di kamar. Berbaring di kasur. Menatap langit-langit atau tembok kamar.
Memejamkan mata, dan fikiran gue pun sudah menjelajah ke waktu dan tempat yang gue inginkan.

Di dunia khayal. Gue bisa berada di dimana saja, kapan saja, menjadi siapa saja.
Dan kadang gue pindahkan khayalan itu lewat tulisan.

...

Kepanjangan gak postingannya?
Hehehe, sorry for being lazy.
Ternyata gue belum bisa mempertahankan kuantitas yang bagus buat posting blog.
Tapi, semoga kualitas blog ini dan tulisan gue terus bertambah ya.. (Aminin dong)

Sudah pukul dua, gue ingin pergi tidur saja.
Sampai bertemu di postingan berikutnya.


Thanks for reading. Enjoy your time.



Tyas Hanina

Jumat, 01 November 2013

Hello, Goodbye.

14 months and 7 days ago
Oh, I know you know how we felt about that night
-Like We Used To-

...


2 years ago.
Sebuah pesan singkat darimu datang bersama hujan deras malam itu.
Terkadang aku tau saja, firasatku datang begitu saja.  Terlebih, jika itu perihal kamu.
Aku merasa, sapaan singkat darimu bukanlah hanya sekedar basa basi belaka atau ingin mengucapkan selamat malam saja.
Terkadang aku tau saja, dan itu benar adanya.


30 minutes ago.
Aplikasi permainan yang sedang kumainkan tiba-tiba berhenti. Sebuah pesan singkat telah datang.
Dan, terkadang aku tau saja.
Aku tidak merasa kesal atau menggerutu seperti biasanya, lalu melanjutkan permainan. Namun, lain malam ini.
Aku merasa, pesan yang datang bukan hanya sekedar sms penawaran hadiah atau penipuan dari nomor yang tak dikenal.
Terkadang aku tau saja, bahwa pesan ini istimewa.



2 years ago.
Malam itu, aku tau. Semuanya tak kan lagi sama.
Kita saling menggores luka, lewat pesan singkat yang masing-masing kirimkan. Tentang perasaan, tentang perpisahan.
Malam itu, kamu menutup percakapan yang kau mulai. Lewat ucapan selamat malam, dan izin untuk tidur duluan.
Dan, aku justru tidak bisa tidur semalaman.


30 minutes ago.
Sebuah sapa dan salam kamu kirimkan, beserta pertanyaan :
“udah tidur?”
Ah, pesan singkat beserta pertanyaanmu itu membuatku semakin terjaga.
Tapi, aku mengabaikan pertanyaanmu itu dan justru berbalik bertanya ada apa.



2 years ago.
Malam itu aku terjaga.
Terus menerus bertanya, ada apa sebenarnya?


30 minutes ago.
Kamu mengeluh karena tidak bisa tidur. Dan kembali bertanya, apa aku tidak tidur?
Aku berusaha menekan perasaanku agar tidak melambung tinggi.
“Belum.”
Dapat kudengar helaan nafasmu di pesan singkat itu, bagaimana kamu menyayangkan kebiasaanku tidur larut malam.
Aku hanya menjawab singkat, meski diam-diam aku berharap percakapan ini akan terus berlanjut.
Cukup lama kamu tidak juga membalasnya.
Entah, mungkin kamu kecewa.
Atau mungkin, kamu terlalu sibuk membalas pesan singkat wanita lain yang juga kamu kirimi pesan.
Saat aku menerka apa yang sedang kamu lakukan.
Tiba-tiba, kamu menutup percakapan yang kamu mulai duluan.
Dengan sopan, kamu mengucapkan selamat malam dan sebuah salam.
Aku terdiam.


 …


2 years ago.
You said goodbye.


30 minutes ago.
You said hello.


2 years ago.
30 minutes ago.
I'm not saying goodbye





 
if you have no plan to come back, please remove that good part from your goodbye
-@hurufkecil-